Badan Pangan Proyeksi RI Aman dari Hantu Krisis Pangan Dunia

WFP berikan makanan bagi anak-anak di ruang kelas saat krisis pangan di Kamboja
Sumber :
  • AP Photo/Heng Sinith

VIVA Bisnis – Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menilai, potensi Indonesia masuk ke dalam jurang krisis pangan masih jauh. Sebab ketersediaan pangan masih cukup, di tengah potensi krisis pangan global.

Arief mengatakan, kondisi itu didasarkan pada perhitungan neraca pangan nasional serta tingginya potensi pangan lokal yang beragam. Serta masih berpeluang besar untuk terus dikembangkan sebagai substitusi bagi pangan impor.

Menurutnya, krisis pangan memiliki tingkatan tertentu. Suatu negara dikategorikan mengalami krisis pangan apabila sudah tidak bisa menjangkau makanan, tidak ada makanan yang tersedia, bahkan sampai kekurangan gizi dan mengalami gizi buruk.

Baca juga: Sri Mulyani Hadiahkan Rp 10 M Jaga Inflasi, Ini Jurus Gubernur Sumbar

“Kita bersyukur, saat ini Indonesia tidak mengalami hal tersebut. Ketersediaan pangan, berdasarkan perhitungan Neraca Pangan Nasional menunjukan bahwa pangan nasional dalam kondisi tersedia dan aman,” kata Arief dalam keterangan, Jumat 16 September 2022.

Adapun berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional mencatat, sampai dengan akhir Desember 2022 komoditas yang mengalami surplus antara lain beras sebanyak 7,5 juta ton, jagung 2,8 juta ton, kedelai 250 ribu ton, bawang merah 236 ribu ton. Kemudian bawang putih 239 ribu ton, cabai besar 53 ribu ton, cabai rawit 72 ribu ton, daging ruminansia 58 ribu ton.

Selanjutnya, daging ayam ras 903 ribu ton, telur ayam ras 191 ribu ton, gula konsumsi 806 ribu ton, dan minyak goreng 716 ribu ton. Dari sejumlah komoditas tersebut beberapa terjamin stoknya setelah dilakukan importasi, seperti kedelai, bawang putih, daging ruminansia, dan gula konsumsi.

“Sesuai arahan Presiden RI, saat ini tugas kita adalah memitigasi kondisi dunia yang tidak menentu agar di sisa tahun ini dan di tahun 2023 tidak gelap seperti yang diperkirakan,” ujarnya.

HARGA KOMODITAS PANGAN STABIL

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Arief menjelaskan, mitigasi potensi krisis pangan harus dimulai dari pendataan terkait stok awal, perkiraan produksi, serta angka kebutuhan atau konsumsi pangan. Sehingga rencana antisipasi dapat dilakukan lebih dini.

“Saat ini kami sudah rapihkan dan integrasikan data-data pangan tersebut, baik yang bersumber dari BPS, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, serta Kemenko Perekonomian. Semua tertuang dalam Neraca Pangan Nasional yang setiap minggu kami laporkan perkembangannya kepada Presiden,” ucapnya.

Harga komoditas pangan jelang Ramadan tahun ini masih relatif stabil.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Langkah selanjutnya adalah mendorong keanekaragaman konsumsi. Masyarakat, kata Arief jangan menggantungkan kebutuhan konsumsinya pada satu komoditas pokok saja. Pasalnya, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, ditambah setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing, termasuk kekhasan dalam hal konsumsi makanan pokok.

“Penganekaragaman konsumsi akan terus kami kampanyekan, melalui gerakan konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman atau B2SA,” imbuhnya.