Kementan: Vanili Jadi Emas Hijau Perkebunan Indonesia

Petani vanili
Sumber :
  • istimewa

VIVA Bisnis – Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah mengatakan bahwa potensi vanili yang disebut emas hijau perkebunan Indonesia cukup besar dengan memperhatikan posisi atau strategi pasar yang tepat.

"Perlunya strategi pasar yang kuat, salah satunya memperhatikan mutu dan kemasan produk agar dapat bersaing di pasar global. Selain itu juga diperkuat dan diarahkan melalui e-commerce atau digital marketing platform," kata Andi.

Petani vanili

Photo :
  • istimewa

Saat ini harga vanili basah berada di kisaran Rp200-300 ribu per kg. Sedangkan vanili kering kualitas biasa mencapai Rp1-3 juta per kg tergantung mutu, sementara vanili kualitas ekspor bisa mencapai Rp5 hingga 7 juta per kg.

Kementerian Pertanian terus berupaya mendorong dan memotivasi agar generasi muda atau milenial berminat menggeluti bidang perkebunan.

"Sudah saatnya menggenjot regenerasi pekebun karena kebutuhan akan sub sektor perkebunan kian diminati pasar dunia dan sebagai penerus bangsa khususnya dalam hal perkebunan," kata Andi Nur Alam.

Vanili

Photo :
  • istimewa

Pengakuan petani

Sementara itu, kelompok tani Riady Vanilla & Abdullah asal Sukabumi sukses memproduksi dan memasarkan komoditas vanili sejak 2017 yang dikirim hingga ke luar negeri mulai dari Asia hingga Eropa.

“Komoditas Vanili jika dijalankan dengan ketekunan dan kesabaran bisa menjadi sumber yang berharga dan sangat menghasilkan,” kata petani dari Kelompok Tani Riady Vanilla & Abdullah, Riady dalam keterangan tertulis di Jakarta.

Menurutnya, vanili memiliki potensi besar karena budidayanya yang sangat terbatas karena hanya dapat dilakukan di negara dengan Iklim tertentu seperti Indonesia.

Vanilla atau vanili

Photo :
  • Britannica

Dia mengatakan bahwa komoditas vanili minim kompetitor dan tidak terjadi perang harga dalam pemasarannya. Ditambah lagi, katanya, proses pasca panen yang tepat dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih tinggi.

“Salah satu motivasi saya mengembangkan vanili karena sebagai rempah termahal setelah Safron membuat harga vanili internasional terutama dalam bentuk kering sangat stabil,” katanya.

Riady mengisahkan dirinya bersama dengan rekannya Abdullah, sudah dapat merasakan harga vanili yang baik walau dengan percobaan pasca panen yang cukup panjang.

"Kami sudah pernah jual ke hotel bintang 5 di Jakarta, Cafe dan Bakery, serta luar negeri salah satunya Singapura, Jepang, Thailand, USA, Belanda, sebanyak 50 kg," katanya.

Riady berharap ke depannya hasil vanili dapat lebih berkualitas dan citra vanili Indonesia semakin baik di  pasar dunia dengan petani vanili yang semakin sejahtera.