Resesi dan Tingginya Suku Bunga Hantui Pasar Properti 2023

Ilustrasi properti.
Sumber :
  • Dokumentasi Bank BTN

VIVA Bisnis – Rumah.com memprediksi bahwa ancaman resesi dan kenaikan suku bunga global akan menjadi tantangan serius bagi industri properti di tahun 2023 mendatang. Kesimpulan itu diperoleh melalui riset yang dirangkum 'Indonesia Property Market Outlook & Real Estate Trend 2023', .

Country Manager Rumah.com, Marine Novita, menyayangkan bahwa hal itu harus dihadapi justru pada saat industri properti baru mulai pulih di tahun 2022, seiring pemulihan yang terjadi pada perekonomian nasional Indonesia.

"Situasi pasar properti tahun 2023 akan kembali menghadapi tantangan. Ancaman resesi dan kenaikan suku bunga global akan membuat penjual dan penyedia suplai hunian berhati-hati dalam membuat keputusan," kata Marine dalam laporan 'Indonesia Property Market Outlook & Real Estate Trend 2023', Jumat 16 Desember 2022.

Ilustrasi bisnis properti

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Dia menjelaskan, di tahun 2022, tren pembelian properti sebenarnya sudah kembali dilirik oleh para pembelinya baik konsumen akhir (end-user) maupun para investor.

Penguatan Dolar AS Diperkirakan Masih Akan Berlangsung Lama

Namun, dia juga harus mengakui bahwa penguatan Dolar Amerika Serikat diperkirakan masih akan berlangsung lama, karena kondisi makroekonomi masih dalam ketidakpastian akibat perang Rusia-Ukraina serta kenaikan suku bunga federal Amerika Serikat.

Marine menambahkan, dolar Amerika Serikat juga menguat tidak hanya terhadap rupiah, melainkan juga mata uang lainnya. Namun, dia memastikan bahwa rupiah masih menjadi salah satu mata uang yang paling kuat bertahan dengan pelemahan yang relatif sedikit.

Namun, lanjut Marine, kenaikan harga bahan konstruksi bangunan ditengarai bakal menjadi salah satu faktor dalam kenaikan indeks harga properti. Penyebabnya antara lain yakni akibat meningkatnya permintaan terhadap properti dalam tiga kuartal terakhir.

"Seiring pulihnya ekonomi dari pandemi COVID-19 dan selesainya beberapa infrastruktur yang memudahkan akses pemukiman," ujar Marine.

Faktor selanjutnya yakni suku bunga perbankan, yang terpengaruh oleh kebijakan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di tingkat 3,5 persen selama 18 bulan hingga awal semester II-2022. Hal itu mendorong perbankan untuk ikut menurunkan suku bunga KPR dan KPA menjadi sekitar 7,7 persen secara rata-rata di tahun 2022, sehingga memudahkan mereka yang ingin membeli rumah.

"Dalam data terakhir yang kami himpun, suku bunga KPR per Oktober 2022 secara agregat masih belum mengalami kenaikan, walaupun tren penurunannya kemungkinan tidak akan berlanjut," ujarnya.