CENTRIS Ingatkan Afghanistan Soal China, Supaya Tak Senasib dengan Srilanka

Ilustrasi Kerja Sama
Sumber :
  • aslib.co.uk

VIVA Bisnis - Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) menilai, Afghanistan harus mewaspadai segala bentuk kerja sama eksploitasi sumber daya mineral dengan China. Sebab atas kerja sama tersebut, dimungkinkan Afghanistan akan bernasib sama seperti Srilanka yang saat ini mengalami kebangkrutan.

Peneliti CENTRIS, AB Solissa membeberkan sejumlah fakta dan bukti negara-negara ‘terjajah’ China, karena jebakan hutang yang dibalut Beijing melalui sistem kerja sama.

Ilustrasi Kerja Sama

Photo :
  • aslib.co.uk


“Hati-hati (Afghanistan) dengan China. Lihat saja Srilanka atau negara-negara di Afrika yang tanah airnya terjajah Beijing gegara termakan janji manis negeri tirai bambi,” kata Solissa pada Sabtu, 20 Mei 2023.

Saat ini diketahui, Afghanistan telah jatuh ke tangan Taliban yang kini memiliki kedekatan khusus dengan China. Maka hal itu secara otomatis mengalihkan penguasaan atas kekayaan mineral tambang, salah satunya lithium di negara itu.

Di atas kertas, melalui Perusahaan Gocin yang berbasis di Tiongkok, Beijing telah menjalin kontrak dengan Taliban sebesar US$10 miliar untuk mengelola litium Afghanistan.

Solissa menilai, jika diberikan kontrak penambangan lithium, perusahaan China juga telah berjanji untuk terlibat dalam sejumlah proyek infrastruktur Afghanistan lainnya, termasuk terowongan, bendungan pembangkit listrik tenaga air, dan jalan raya, menurut Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan.

CENTRIS memandang, Beijing saat ini tengah berusaha memperluas kehadiran ekonominya di Afghanistan, dan menguasai sumber daya alamnya sejak Taliban mengambil alih Afghanistan.  

Untuk menegosiasikan ulang dan memulai kembali kontrak pertambangan dan minyak sebelumnya. Bisnis dan otoritas China telah melakukan kontak dengan para pemimpin Taliban.

Taliban telah menandatangani kontrak untuk mengumpulkan minyak dari cekungan Amu Darya dengan Perusahaan Minyak dan Gas Asia Tengah Xinjiang (CAPEIC) pada 6 Januari.

Sebanyak US$150 juta akan diinvestasikan dalam perjanjian pada tahun pertama, dan us$540 juta akan diinvestasikan selama tiga tahun ke depan.  

"Atas jasanya tersebut, China memiliki peluang untuk meningkatkan kekuatan dan pengaruh regionalnya dengan memperluas kehadirannya di Afghanistan," ujarnya.