Bendungan Diresmikan Jokowi di Aceh Bernilai Rp1,7 Triliun

Ilustrasi bendungan.
Sumber :
  • walikota-tangerang.blogspot.com
VIVA.co.id
- Setiap musim hujan, warga di Kecamatan Lhokseukon, Matang Kuli, dan Paya Bakong, Aceh Utara, menjadi langganan banjir. Sungai Keureuto menjadi penyebab utama banjir di Ibu Kota Kabupaten Aceh Utara itu.


Dalam setahun, warga yang tinggal di sekitar Sungai Keureuto mengalami banjir dua hingga tiga kali saat musim hujan. Kondisi banjir yang sangat parah dialami warga sejak tahun 2002 hingga sekarang.     


"Kalau sudah musim hujan warga sudah mulai siap-siap mengungsi ke tempat yang aman banjir atau pindah sementara ke rumah saudara," kata Abdul Gafur, warga Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, kepada
VIVA.co.id
, Selasa, 10 Maret 2015.


Sungai Keureuto semakin melebar akibat meluapnya air kiriman air dari enam sungai lain, yaitu Sungai Pirak, Sungai Ceku, Sungai Aluleuhop, Sungai Kreh, Sungai Peuto dan Sungai Aluganto. Sungai-sungai itu berada di Kecamatan Lhokseukon, Matang Kuli, Paya Bakong, dan Tanah Luas di Aceh Utara.


Bila hujan lebat yang melanda kabupaten yang menghasilkan gas itu menyebabkan beberapa sungai meluap tidak bisa dibendung. Menurut data Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, sungai yang paling parah banjir itu adan Sungai Keureuto, Sungai Pasee, Sungai Jamboe Aye serta Sungai Pasee Sawang.


Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Amir Hamzah, pemerintah membangun bendungan atau waduk senilai Rp1,7 trilliun itu sebagai upaya mengatasi masalah banjir tahunan yang pasti terjadi di Kecamatan Lhoksuekon, Matang Kuli, Paya Bakong, dan Tanah Luas.


Bendungan Sungai Keureuto berkapasitas penampungan 167.22 juta meter kubik, luas genangan 896 hektare, luas daerah aliran sungai 235.61 kilometer, dengan panjang sungai 32.19 kilometer.

Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa Bendungan Sungai Keureuto adalah proyek terbesar di Sumatera. Bendungan itu mampu mengalirkan air lahan sawah warga seluas 9.500 hektare serta mengendalikan banjir yang selama ini terjadi di Aceh Utara.

Potensi bendungan itu bisa menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air yang mampu menghasilkan 7 megawatt, dan bisa menyediakan air baku untuk Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mon Pase.


Zulkarnaini/Banda Aceh


Baca juga: