Sri Mulyani Beberkan Cara Ekonomi RI Tumbuh 7 Persen

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/aww/16

VIVA.co.id - Pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia (RI) beberapa tahun yang lalu sempat menembus angka tujuh persen. Namun, perlambatan ekonomi nasional semakin tak terhindarkan dalam tiga tahun terakhir. Berakhirnya 'demam' komoditas seakan menjadi pukulan tersendiri bagi Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan cara agar Indonesia bisa kembali menggeliatkan aktivitas perekonomian dalam negeri, sehingga mampu menembus angka pertumbuhan fantastis tersebut.

"Kalau mau tumbuh sekitar tujuh persen, investasi itu biasanya (harus) tumbuh 20-21 persen," ujarnya dalam konferensi pers di Aula Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 5 Agustus 2016.

Sri menjelaskan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berdasarkan data Badan Pusat Statistik memang belum terlalu menggeliat. Rendahnya PMTB menjadi cerminan bahwa perekonomian Indonesia belum pulih seutuhnya. Padahal, berbagai pelonggaran untuk mendongkrak perekonomian telah dilakukan.

Di antaranya, penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir, yang diklaim telah memberikan dampak terhadap penurunan suku bunga kredit.

Menurut Sri, hal ini masih belum terlalu direspons oleh dunia usaha. "Bank sebetulnya secara teoritis sudah siap menyalurkan. Tetapi pengusahanya belum mau pinjam karena dia melihat ekonominya belum pulih," katanya.

Sri memandang, kepastian menjadi indikator penting yang dipegang teguh oleh dunia usaha. Ketika tidak ada kepastian maka akan sulit bagi dunia usaha untuk mengeksekusi. Intinya, menurut Sri, yaitu bagaimana menciptakan kepercayaan bahwa perekonomian nasional akan membaik.

Hal ini yang pada akhirnya membuat pemerintah merevisi kembali postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kembali kepercayaan seluruh elemen masyarakat.

"Sehingga APBN bukan instrumen yang memberatkan ekonomi, tetapi mendorong ekonomi. APBN tidak menjadi sumber ketidakpastian, tapi sumber kepastian. Diharapkan pengusaha melihat, pemerintah sudah jelas. Momen ini yang harus dijaga," ujar Sri.

Apabila kepercayaan dunia usaha pulih, Sri Mulyani mengatakan, bukan tidak mungkin geliat investasi akan semakin meningkat, sehingga mampu berkontribusi lebih terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sementara pertumbuhan investasi pada kuartal II-2016 justru belum menggembirakan. "Jadi kalau sekarang cuma tumbuh lima persen, itu berarti masih jauh untuk pulih," ujarnya.