Laga-laga Panas Piala Asia 2019, Merembet Sampai ke Luar Lapangan

Logo Piala Asia 2019
Sumber :
  • the-afc.com

Arab Saudi v Qatar. Jordania v Suriah. Cina v Filipina.

Nama-nama negara di atas bukan hanya contoh negara yang punya ketegangan hubungan diplomatik, namun negara-negara ini akan saling berhadapan dalam babak grup Piala Asia AFC (Asia Football Confederation) 2019.

Turnamen sepak bola ini akan berlangsung di Uni Emirat Arab sampai tanggal 1 Februari mendatang.

Tetapi Piala Asia, yang mulai diselenggarakan sejak 1956 juga merupakan persaingan di luar lapangan bola dan mencakup sengketa teritorial, konfrontasi agama dan bahkan perang proxi yang membuat rumit persaingan antara 24 tim yang ikut serta.

Inilah sejumlah pertandingan yang paling sengit, termasuk di luar lapangan.


Pendukung Cina tidak menyukai kemenangan Jepang di tahun 2004. - Getty Images

Luka Perang Lama

"Ini adalah salah satu situasi paling tidak bersahabat yang pernah saya alami sejak menjadi manajer para pemain."

Seperti itulah kata-kata legenda Brasil, Zico saat menggambarkan final Asian Cup antara Jepang dan Cina pada tahun 2004 di Beijing. Ketika Zico, yang padahal sebenarnya sudah terbiasa dengan antagonisme sepak bola Amerika Selatan itu, menjadi manajer Jepang.

Pertandingan tersebut dinodai ketidaksukaan Cina terhadap aksi Jepang di Asia Timur pada permulaan abad 20 dan Perang Dunia Kedua.


Persaingan Iran-Saudi dimulai sejak masih muda. - Getty Images

Saudi dan Iran, musuh bertemu

Permusuhan Arab Saudi dengan Iran berada pada urutan teratas persaingan sepak bola yang diwarnai politik.

Persaingan olah raga sudah lama berlangsung - kedua tim telah tiga kali memenangkan Piala Asia AFC. Saudi terakhir kali memenangkannya pada tahun 1996, tetapi ketidaksukaan lebih terkait dengan hubungan geopolitik kedua negara.

Saat ini ketegangan terutama karena perang di Suriah, di mana Teheran mendukung pemerintahan sesama Islam Syiah, Bashar Al-Assad.

Ketidaksukaan terjadi juga di lapangan. Pada tahun 2016, Arab Saudi mengumumkan tidak akan bertanding di Irak setelah terjadinya penyerangan terhadap misi diplomatik negara itu di Teheran.

Kisah dua Korea


Dukungan unifikasi menurun di Korea. - Getty Images

Perdamaian yang rapuh Korea seharusnya dapat terlihat di lapangan, bukan? Ternyata hal itu tidak terlalu nyata.

Adalah biasa bagi warga Korea untuk mendukung kedua tim. Pemain Korea Utara, Jong Tae-se, juga sama populernya di selatan.

Media Korea Utara merayakan keberhasilan Korsel karena turut menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002, dan timnya mencapai semi final - yang pertama kalinya untuk negara Asia.

Kedua negara Korea ini akan bertanding di Asian Cup 2019.


Israel dilarang di AFC pada tahun 1974. - Getty Images

Israel, bangsa "Eropa"

Sebenarnya bukannya tidak pernah terdengar sebelumnya bahwa terdapat tim sepak bola internasional yang "diposisikan kembali".

Australia pindah ke Asian Football Confederation pada tahun 2006 agar terlibat dalam pertandingan yang lebih menantang dibandingkan para pesaingnya di Oceania.

Tetapi alasan mengapa Israel di bawah UEFA sejak tahun 1994 adalah lebih rumit.

Meskipun pada mulanya tergabung dalam AFC, negara Yahudi ini diboikot negara-negara Islam sejak dari permulaan.


Pemain Korsel, Park Jong-woo memegang pesan politik pada pertandingan melawan Jepang tahun 2012, - Getty Images

Tidak serukun seperti tampak dari luar, Jepang v Korea Selatan

Meskipun sempat menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2002, hubungan Jepang-Korea Selatan tetaplah rumit.

Penguasaan Jepang selama 35 tahun atas Semenanjung Korea (1910-45) tetap menimbulkan kebencian dan masih terdapat masalah terkait dengan pekerja paksa saat pendudukan.

Kemenangan Jepang atas Korea pada tahun 2013 sehingga memenangkan East Asian Cup dibayang-bayangi bendera besar pendukung yang bertuliskan "tidak ada masa depan bagi ras yang melupakan sejarah".


Satu-satunya perbatasan darat Qatar, ditutup Arab Saudi pada tahun 2017. - Getty Images

Kemuraman blokade : Qatar v Saudi

Masalah diplomatik lain yang melibatkan Arab Saudi akan terjadi pada tanggal 17 Januari, saat mereka menghadapi Qatar.

Ini adalah untuk pertama kalinya kedua tim bertemu sejak terjadinya masalah diplomatik yang menyebabkan dilakukannya blokade di bawah pimpinan Riyadh terhadap kerajaan kecil semenanjung tersebut.

"(Tetapi) pada akhirnya, olah raga adalah suatu pesan perdamaian," kata Ali al-Salat dari Qatar Football Association`s (QFA).


Pembangunan pulau buatan Cina di Spratly dikecam negara-negara tetangganya. - Getty Images

Pertandingan pelik Cina

Cina ditempatkan di Grup C bersama-sama Korsel. Tetapi pertandingan melawan Filipina pada tanggal 11 Januari yang lebih dicemaskan di luar lapangan.

Filipina adalah salah satu negara yang menyatakan kedaulatan pada Kepulauan Spratly, kepulauan Laut Cina Selatan di tengah pertikaian wilayah dengan Beijing.

Vietnam adalah negara lain di kompetisi ini yang juga menyatakan kedaulatan atas Spratly.


Dukungan Teheran kepada Houthi merusak hubungan dengan Yaman. - Getty Images

Iran dan Yaman tidak akur

Iran bersama-sama dengan Irak dan Yaman, dan juga Vietnam berada di Grup D.

Meskipun hubungan dengan Irak membaik sejak jatuhnya Saddam Hussein (2003) dan dengan terpilihnya pemerintahan yang didominasi Syiah. Tetapi Teheran tidak bisa mengatakan hal yang sama terkait dengan Sana`a.

Hubungan mendingin sejak Revolusi Iran tahun 1979 - Shah Mohammad Reza Pahlavi yang digulingkan, mendukung pejuang Yaman yang menentang kelompok militan Marxist pada tahun 60-an.

Tetapi dukungan Iran terhadap pemberontak Houthi di Yaman yang menentang pemerintahan yang didukung Arab Saudi semakin memperburuk hubungan.


Suriah nyaris kehilangan tempat di Piala Dunia tahun lalu. - Getty Images

Urusan Suriah

Kehadiran Suriah di kompetisi terjadi setelah kualifikasi Piala Dunia 2018, ketika negara Arab itu nyaris tidak lolos.

Pada AFC Cup tahun ini mereka ditahan pada skor seri 0-0 oleh Palestina.

Hubungan Damaskus dan Amman menjadi tegang karena Yordania mendukung kelompok oposisi dan campur tangan Amerika Serikat pada Perang Saudara Suriah.