Kisah Pelatih Persib Rasakan Didikan Keras Akademi Ajax Amsterdam

Pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts.
Sumber :
  • VIVA/Dede Idrus

VIVA – Pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts, menceritakan perjalanan karier saat menjadi pemain Ajax Amsterdam. Dia mengaku awalnya mengikuti seleksi terbuka untuk masuk ke akademi Ajax pada 1966 atau saat usianya 12 tahun. 

Berseragam tim yang berjuluk 'De Godenzonen' itu, diakui Robert, memang menjadi impian setiap anak muda di negara kincir angin. Usaha Robert mengikuti seleksi terbuka di Ajax Amsterdam akhirnya membuahkan hasil. 

"Saya terpilih dari ajang seleksi terbuka yang dilakukan di Ajax. Jadi setiap anak muda yang mempunyai bakat datang dan bermain di depan banyak orang. Lalu orang-orang memandu bakat mereka, dan ada juga pemain dari tim utama Ajax atau mantan pemain yang datang," ungkap Robert kepada wartawan, Rabu 17 Juni 2020. 

"Di sana kami memainkan small sided games. Jadi pemain yang berpotensi dicatat namanya dan ketika hari pertama seleksi selesai, mereka yang terpilih diminta untuk datang lagi pada akhir pekan berikutnya," lanjut pelatih yang kini berusia 65 tahun ini. 

Setelah terpilih dalam tahap pertama, Robert kembali mengikuti seleksi jilid kedua. Seleksi dilalui selama beberapa pekan dan dia pun akhirnya lolos dengan menyingkirkan ribuan kandidat lain. 

"Saya lolos setelah menyingkirkan sekitar 5 ribu pemain dan masuk tim junior Ajax untuk kelompok usia 12 hingga 14 tahun. Dari sana saya memulai karir. Jadi, bisa dibilang ini bukan merupakan akademi yang sesungguhnya dan lebih mirip modul latihan biasa," kata dia. 

"Meski setiap pelatih yang bekerja di tim junior Ajax mempunyai kualifikasi tinggi dalam bidangnya. Jadi itu yang membedakan Ajax dengan klub-klub lain, di sana ada pelatih berkelas dunia," ucapnya. 

Selama di Ajax, eks pelatih PSM Makassar ini berlatih empat kali dalam seminggu. Ketika akhir pekan, digelar laga layaknya kompetisi agar para pemain muda bisa merasakan level kompetitif. 

"Saya langsung terpilih menjadi anggota tim C1, Ajax punya tiga tim di setiap kelompok umur. Jadi ada tim kesatu, kedua dan ketiga di usia 12-14, lalu tim B junior (U-14 hingga U-16) dan tim A Junior (U-16 hingga U18). Setelah itu baru pemain bisa menembus tim profesional atau pergi dulu ke tempat lain untuk mencari pengalaman," jelasnya. 

Hubungan setiap pemain muda dan Ajax memang sudah tertanam sejak lama. Kata Robert, ketika libur sekolah setiap pemain muda berada di stadion seharian. Mereka mendapat pelajaran tentang semua subjek dalam sepakbola. 

"Kami berlatih di luar lapangan, dan pemain dari tim utama datang, legenda klub juga datang, jadi ada kedekatan dan ada hubungan erat antara semua orang yang terlibat di Ajax. Dan itu pula yang merekatkan anak-anak muda dengan Ajax. Bagaimana filosofi klub bisa ditanamkan. Dan itu juga kenapa ada banyak pemain Ajax yang akhirnya bekerja di klub," terangnya. 

Proses panjang selama di Ajax Amsterdam akhirnya terbayarkan dengan kontrak pertamanya saat usianya menginjak 18 tahun. Menariknya, dari daftar pemain yang mengikuti seleksi sejak usia 12 tahun, hanya dua pemain yang mampu mendapatkan kontrak profesional. 

"Satu pemain lagi adalah Henk van Santen yang bermain cukup rutin bersama tim utama. Saya tidak, lebih banyak duduk di bench atau tim reserves, lebih sering bermain untuk tim kedua. Hanya dua pemain yang benar-benar mampu menembus karier profesional dari tim C (usia 12 tahun) di angkatan saya," katanya. 

Sayangnya, karier Robert sebagai pemain tak terlalu mengilap. Dia hanya tercatat memperkuat klub semenjana, dari mulai Vancouver Whitecaps, Clermont Foot, Raa IF, dan Hittarps IK.

Baca juga:

Hakim Ziyech, Pemain Muslim Anyar Chelsea yang Sayang Ibu

Bek Persib Makin Getol Geluti Podcast di Tengah Pandemi Virus Corona

Persib Terapkan Protokol Kesehatan Ketat ke Pemain