Neraca Keuangan Klub Terganggu Batalnya Lanjutan Liga 1

Pemain Arema FC, Oh In-kyun melakukan sundulan saat melawan Persib
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Keputusan menunda lanjutan Liga 1 yang sedianya berlangsung pada Oktober 2020 merugikan sejumlah pihak. Arema FC merasa dirugikan, sebab mereka terus mengeluarkan biaya untuk menggaji pemain, pelatih dan staff. 

"Ini yang bicara institusi Polri, kalau menarik omongan tidak mungkin. Mungkin menunda, bisa jadi. Menunda pertandingan seminggu atau berapa hari, tapi jangan lama-lama, karena biaya ini jalan terus. Jujur saja argo-nya (pengeluaran uang) muter terus," kata General Manager Arema FC, Ruddy Widodo, Rabu, 30 September 2020. 

Baca juga: Arema Beberkan Kerugian Terbesar Setelah Liga 1 Ditunda Lagi

Ruddy mengatakan, kondisi finansial klub goyang jika kejelasan Liga 1 tidak segera ditentukan. Dia menjelaskan, neraca keuangan klub sampai saat ini masih bergantung pada penjualan merchandise tim. Sponsor tidak memberikan dana segar sampai menunggu kepastian. 

"Sponsor itu kalau sudah kecewa kan repot. Sekarang saja banyak sponsor yang tidak lari, tapi banyak juga yang lari. Tapi rata-rata yang tidak lari itu menunggu kick off. Begitu kick off, baru dibayar. Di Arema begitu," ujar Ruddy. 

Arema FC mengaku heran keputusan penundaan lanjutan Liga 1 dilakukan saat semua tim dalam kondisi siap bertanding. Beberapa tim sudah datang ke Yogyakarta.

Persipura Jayapura dari ujung timur Indonesia bahkan telah melakukan pemusatan latihan di Kota Batu, Jatim. Sedangkan Arema FC sudah mendatangkan pelatih hingga pemain baru. 

"Makanya kita sendiri juga heran, kok lucu. Sebenarnya siapa sih yang berhak bicara soal COVID-19 ini. Kan sudah dibentuk satgas, BNPB. Kemudian BNPB mengizinkan Liga 1. BNPB mengutus klub ini untuk kampanye hidup sehat," tutur Ruddy. 

Ruddy mengatakan, untuk kekhawatiran muncul transmisi penularan COVID-19 di dunia sepakbola sebenarnya telah disepakati oleh sejumlah pihak. Protokol kesehatan bakal dijalankan dengan ketat, pemain wajib tes swab dua pekan sekali. Kemudian larangan tanpa penonton dengan menyiapkan sanksi kalah, bagi klub yang didukung langsung oleh suporter. 

"Tiba-tiba ada dari pihak lain yang tidak tahu bagaimana asal usulnya kekhawatiran tentang klaster baru di bola. Klaster baru ini semenjak awal COVID-19 sudah dibicarakan. Makanya salah satu punishmennya itu kalau ada kumpul-kumpul langsung kalah (WO)," kata Ruddy.