Menguji Regulasi Kompetisi 2018, Stabil atau Masih Labil?
- VIVA/Syahrino Putama
VIVA – Harus diakui, penyelenggaraan Liga 1 musim 2017 belum terbilang baik. Masih banyak kontroversi yang terjadi selama Liga 1 berlangsung sepanjang 2017.
Dimulai dari penerapan regulasi pemakaian marquee player hingga pemain U-23. Dua aturan ini menjadi sorotan di awal kompetisi.
Marquee player dianggap sebagai aturan yang menyiksa klub. Mereka yang kaya, pastinya bisa merekrut pemain kelas atas dengan harga selangit.
Sedangkan, klub yang keuangannya seret, terpaksa memakai pemain seadanya karena bujet yang minim.
Terkait penerapan aturan pemain U-23, ada inkonsistensi yang dilakukan oleh operator dan PSSI. Awalnya, aturan ini diterapkan dengan sangat tegas.
Belakangan, regulasi pemain U-23 malah dibekukan sementara dan tak jelas juntrungannya. Demi menghindari kejadian serupa, PSSI akan mematangkan rancangan program yang berisikan regulasi kompetisi musim depan.
"PSSI sampai 13 Desember 2017 menggodok semua rancangan program, yang di dalamnya regulasi seluruh kompetisi," kata Wakil Presiden PSSI, Joko Driyono.
Jokdri (sapaannya) menyatakan segala macam regulasi akan dibahas dalam Kongres PSSI 13 Januari 2017 nanti. Sehingga, regulasi yang diterapkan menjadi produk Kongres dan wajib ditaati dengan konsisten.
Andai ada perubahan, Joko menjamin hal tersebut dilandasi atas perbaikan mutu kualitas kompetisi.
"Tujuan regulasi adalah menjamin konsistensi perencanaan bagi semuanya. Baik itu di level PSSI, liga, hingga kompetisi. Jika ada perubahan, tentu diproyeksikan untuk perbaikan," jelas Joko.
Liga 1 musim 2017 sudah selesai beberapa pekan lalu. Siapa saja pemain asing yang tampil mengecewakan musim kemarin? Lihat dalam daftar ini.