Penyelidikan Juventus Berujung ke Dugaan Penipuan Transfer di Italia
- Twitter/Juventus
VIVA – Transaksi transfer di Italia berada di bawah pengawasan setelah jaksa mulai menyelidiki rekening Juventus dalam apa yang diklaim sebagai sisten perdagangan pemain dengan nilai yang diduga meningkat untuk membantu menyeimbangkan pembukuan klub.
AFP merinci, mengapa penyelidikan diluncurkan dan apa dampaknya bagi Juventus, serta sepakbola Italia secara keseluruhan.
Mengapa Juventus diselidiki?
Juventus sedang diperiksa atas keuntungan modal lebih dari 282 juta euro (Rp4,5 triliun) -- selisih positif antara nilai pembelian dan penjualan setelah dikurangi amortisasi dan penghapusan -- dari serangkaian transfer pemain yang dipesan dalam tiga set hasil keuangan terakhir mereka, yang baru diterbitkan pada September 2021.
Jaksa di Turin sedang menyelidiki kemungkinan bahwa Juventus, yang terdaftar di bursa saham Italia, memberikan informasi akuntansi palsu kepada investor dan membuat faktur untuk transaksi yang tidak ada selama periode tersebut.
Pun yang diperiksa adalah enam direktur dan mantan direktur, termasuk presiden Andrea Agnelli, wakil presiden Pavel Nedved, dan mantan direktur olahraga Fabio Paratici, yang sekarang bekerja di Tottenham Hotspur.
Sejumlah transfer yang melibatkan Juventus dan klub lain juga menjadi subjek investigasi paralel yang diluncurkan oleh Federasi Sepakbola Italia (FIGC), pada Oktober 2021.
Sebuah sumber dari Komisi Pengawas Klub Sepakbola Profesional Italia (COVISOC) mengatakan kepada kantor berita ANSA, bahwa sejak musim gugur tahun lalu, pihaknya telah mengidentifikasikan lusinan kesepakatan semacam itu.
Salah satunya yang paling menonjol adalah saat Napoli membeli Victor Osimhen, pada tahun lalu, karena melibatkan empat pemain senilai lebih dari 20 juta euro untuk pindah ke Lille. Tiga dari mereka tidak pernah bermain untuk klub Prancis tersebutm dan sekarang berada di divisi terbawah Italia.
Bagaimana cara kerja kesepakatan ini?
Kesepakatan yang sedang diselidiki terjadi antara klub, di mana dua pemain berpindah tangan, tetapi relatif sedikit atau tidak ada uang yang mengalir ke kedua arah.
Contoh yang paling sering dikutip dalam 42 transfer mencurigakan yang dilaporkan FIGC adalah kesepakatan tahun lalu antara Juventus dan Barcelona yang membuat Miralem Pjanic pindak ke Camp Nou dan Arthur Melo berlabuh ke Turin.
Arthur dihargai 72 juta euro dan Pjanic 60 juta euro, meskipun tidak ada jumlah uang tunai yang mendekati itu. Kedua klub dapat segera mencatat nilai penjualan di neraca mereka.
Klub dapat membagi biaya pembelian selama masa kontrak mereka dalam bentuk 'amortisasi', sedangkan keuntungan modal dari penjualan muncul di rekening tahun itu. Juventus mencatat capital gain 43 juta euro pada Pjanic, tertinggi kedua dalam sejarah klub.
Pembelian mahal Cristiano Ronaldo pada 2018 diiringhi oleh lonjakan operasi semacam itu, yang sebagian besar melibatkan pemain muda yang rata-rata penggemar belum mengetahui sama sekali.
Hukuman apa yang bisa dihadapi Juventus?
Berbicara di harian Corriere dello Sport, pada Rabu 1 Desember 2021, pengacara Salvatore Scarfone, mengatakan, bahwa sulit "untuk membuktikan peningkatan pemain yang disengaja", yang menurut media Italia adalah semaca hal bisa dalam industri sepakbola.
Namun, selain dokumen yang diambil dari kantor Juventus pada akhir pekan lalu, tuntutan pidana klub juga bisa dilaporkan berdasarkan percakapan yang disadap.
Apa yang ditemukan jaksa di kemudian hari akan diteruskan ke FIGC, yang memiliki kekuatan untuk memberikan sanksi kepada klub dengan berbagai hukuman mulai dari denda hingga dikeluarkan dari liga.
Kasus seperti ini pernah menyebabkan Chievo Verona kehilangan tiga poin pada September 2018 karena kesalahan perhitungan nilai transfer saat bertukar pemain dengan Cesena. Mereka terdegradasi pada tahun itu dan dinyatakan bangkrut pada tahun ini.
Satu dekade sebelumnya, AC Milan dan Inter Milan dibebaskan dari proses pidana setelah terdapat kesepakatan dari penyelidikan pertukaran pemain. Akan tetapi, kedua klub tersebut tetap diberikan denda kecil oleh FIGC.
Kesempatan untuk mengubah aturan?
Dengan nilai sebenarnya dari seorang pemain yang terkenal sulit untuk dijabarkan, apa yang dapat dilakukan untuk mengekang ekses terburuk dari apa yang merupakan langkah akuntansi yang sepenuhnya legal?
Ketua FIGC, Gabriele Gravina, mengatakan, pada Rabu 1 Desember 2021, bahwa otoritas sepakbola di Italia telah masalah ini selama "dua hingga tiga tahun".
"Kami perlu mencari tahu apakah kami dapat mengadopsi kriteria yang mempertimbangkan secara serius keuntungan modal aktual yang terkait dengan pertukaran uang. Kami sedang mengerjakannya," ujar Gravina.