Seberapa Realistis Pesawat Hipersonik Rancangan China

Concorde
Sumber :
  • bbc

Sejumlah peneliti Cina telah mengemukakan konsep desain pesawat hipersonik yang suatu saat diharapkan bisa menempuh perjalanan dari Beijing ke New York hanya dalam waktu dua jam.

Agar perjalanan sesingkat itu dapat tercapai, pesawat tersebut tentu harus jauh lebih cepat mengingat durasi penerbangan antara kedua kota saat ini mencapai 14 jam.

Penelitian pesawat hipersonik sendiri bukan sesuatu yang baru, namun biasanya moda transportasi semacam itu berkutat pada bidang militer yang mendapat kucuran uang riset lebih banyak dan tidak ada tekanan untuk mencapai titik impas.

Dengan demikian, seberapa realistis mewujudkan pesawat komersial yang terbang lima kali lebih laju dari kecepatan suara?

Untuk mengukur kecepatan pesawat, satuan yang digunakan adalah kecepatan suara alias Mach 1, yaitu 1.235 kilometer/jam.

Guna mewujudkan pesawat dengan kecepatan hipersonik, para periset dari Akademi Sains Cina tengah meninjau dua tantangan terbesar, yakni aerodinamika dan mesin pesawat.

Dari segi desain, pesawat hipersonik memerlukan sesuatu yang dapat meminimalisir perlambatan di udara. Sebab, semakin cepat sebuah pesawat, semakin besar pula masalah perlambatan.

"Lajunya berbanding lurus dengan kecepatan kuadrat. Jika kecepatan dilipatgandakan, perlambatan akan meningkat empat kali lipat," jelas Profesor Nicholas Hutchins dari University of Melbourne.

Tim peneliti berupaya mengatasi masalah ini dengan merancang lapisan sayap kedua di atas sayap utama.

Mereka kemudian mengujinya dengan menempatkan model miniatur di dalam terowongan angin.

Sejauh ini, proyek tersebut masih jauh dari lepas landas.

Kalaupun para periset bisa memangkas perlambatan, masih ada tantangan lain yang menanti, misalnya, ketahanan panas dan alias gelombang kejut.

Jika sebuah pesawat melampaui kecepatan suara, pesawat itu akan menghasilkan gelombang kejut berupa letupan. Sedemikian kencangnya letupan tersebut, kaca bisa pecah.

Kemudian, dari segi mesin, akan rumit membuat pesawat hipersonik.

Begitu sebuah pesawat mencapai Mach 5, pesawat itu dapat ditenagai oleh mesin scramjet—sebuah mesin jet yang menghisap udara dan menggunakan udara tersebut untuk melalap bahan bakar.

Masalahnya, mesin semacam ini hanya dapat digunakan pada kecepatan Mach 5 dan di atasnya. Dengan demikian, agar pesawat dapat lepas landas dan mengudara, diperlukan mesin jet tambahan.

Beberapa pakar berpendapat mesin jet tambahan itu bisa saja berasal dari sebuah mesin jet konvensional yang lebih dahsyat, namun pada akhirnya dibutuhkan kombinasi kedua jenis mesin.

"Selama dua tahun terakhir ada program yang berlangsung di Cina untuk merancang mesin tersebut," kata profesor Michael Smart, kepala bidang studi pendorong hipersonik di University of Queensland.

"Itu bakal menjadi terobosan yang sebenarnya," tambahnya.

Lepas dari kemajuan teknologi dan kemungkinan munculnya peristiwa bersejarah di bidang sains, pertanyaan selanjutnya apakah pesawat hipersonik realistis dari segi komersial?

Cobalah tengok sejenak sejarah Concorde dan keraguan akan timbul.

Pesawat buatan Inggris-Prancis itu digadang-gadang sebagai masa depan penerbangan ketika pertama kali lepas landas pada 1969. Namun, hanya beberapa unit yang dibuat hingga akhirnya dipensiunkan pada 2003 tanpa muncul penerusnya.

Mengapa demikian? Karena harga tiket pesawat Concorde masih terlalu mahal bagi para pelancong. Dan masih ingat dampak gelombang kejut yang disebutkan di atas? Karena alasan itu, Concorde hanya diperbolehkan terbang di atas kecepatan suara pada saat melintasi samudera.

Rute yang sangat terbatas dalam penerbangan Concorde terbukti berimbas terhadap kocek maskapai.

Pengalaman itu masih membekas sehingga walau beberapa tahun terakhir ada ketertarikan untuk mengembangkan pesawat supersonik, moda transportasi itu masih terus dalam tahap pengembangan.

Tantangan untuk memproduksi pesawat hipersonik lebih besar lagi. Pesawat itu akan jauh lebih mahal bagi maskapai, tiket yang dijual ke penumpang akan lebih mahal, dan gelombang kejut yang dihasilkan bakal lebih besar.

Makalah riset yang dilansir jurnal ilmiah edisi Februari secara gamblang menyatakan pesawat hipersonik akan "lebih nyaman dan efisien" di masa depan ketimbang pesawat konvensional.

Akan tetapi, kata Ellis Taylor dari , perlu "setidaknya 15 hingga 20 tahun" sebelum pesawat semacam itu realistis dari segi komersial.

"Saat ini sulit melihat pasar pesawat seperti itu," ujarnya.

"Faktanya, ditilik dari sejarah, harga tiket pesawat telah menurun bukannya naik dan bakal sulit menarik penumpang dalam jumlah banyak untuk penerbangan hipersonik."

"Pesawat itu akan dinikmati kalangan yang sangat, sangat terbatas. Dan tentu akan mempersulit ekonomi maskapai komersial secara signifikan," paparnya.

Berdasarkan laporan media Cina, para ilmuwan di balik riset pesawat hipersonik juga terlibat dalam proyek yang sama untuk militer Cina. Sebab, bidang yang paling berambisi membuat pesawat kecepatan hipersonik, adalah sektor pertahanan.

Hal itu masuk akal karena pesawat hipersonik yang bisa dikerahkan sangat cepat akan sangat sulit ditandingi.

Atau bayangkan rudal hipersonik yang membuat sistem penangkal rudal saat ini terlihat usang.

Para pemain besar di bidang ini adalah Amerika Serikat, Cina, dan juga Rusia.

Seberapa jauh kemajuan mereka? Itu sulit diketahui lantaran riset militer bersifat sangat rahasia.

"Sepanjang sejarah AS selalu memimpin, namun Cina mengejar dengan sangat cepat," kata Profesor Smart.

Karena itu rencana pembuatan pesawat hipersonik, sekecil apapun kemajuannya, merupakan penanda mengenai ambisi Cina.