Satelit China Tiangong-1 akan Jatuh ke Bumi Hari Senin

Tiangong-1
Sumber :
  • bbc

Puing-puing dari stasiun luar angkasa Cina tampaknya akan jatuh ke Bumi pada Senin (02/04), seperti disampaikan oleh para ilmuwan yang memantaunya.

Badan luar angkasa Cina mengatakan stasiun akan kembali memasuki atmofie bumi dalam waktu 24 jam - sejalan dengan perkiraan Badan Ruang Angkasa Eropa ESA.

Satelit Tiangong-1 merupakan bagian dari program luar angkasa Cina yang ambisus, dan merupakan prototipe untuk stasiun berawal pada 2011.

Satelit tersebut memasuki orbitnya pada 2011 lalu dan lima tahun kemudian mengakhiri misinya, dan diperkirakan akan jatuh kembali ke Bumi.

Proyeksi terakhir dari Esa menunjukkan satelit akan jatuh Senin 2 April, pada pukul 07:25 waktu Beijing, meskipun rentang waktunya masih "sangat bervariasi" - antara Minggu sore sampai Senin pagi.

Sebagian stasiun tampaknya akan terbakar ketika menyentuh atmosfer, namun beberapa puingnya dapat bertahan dan jatuh ke permukaan Bumi.

Kantor Ruang Angkasa Berawak Cina mengatakan melalui akun media sosialnya bahwa jatuhnya pesawat ruang angkasa "tidak menabrak Bumi dengan keras seperti yang terjadi dalam film fiksi ilmiah, namun berubah menjadi hujan meteor yang luar biasa".

Cina mengkonfirmasi pada 2016 lalu telah kehilangan kontak dengan Tiangong-1 dan tidak dapat lagi mengontrol keberadaanya, jadi kami tidak mengetahui bagaimana itu akan jatuh.

Badan Ruang Angkasa Eropa ESA mengatakan bahwa satelit akan masuk kembali "diantara 43ºUtara dan 43ºSelatan", yang mencakup luas bentangan utara dan selatan khatulistiwa.

Stasiun itu secara bertahap akan mendekati Bumi.

Jatuhnya "akan semakin cepat begitu memasuki atmosfer" kata Dr Elias Aboutanios, wakil direktur Pusat Penelitian Teknik Ruang Angkasa Australia, kepada BBC.

"Stasiun akhirnya akan mulai memanas karena mendekati ke 100 km (dari Bumi), " jelas dia.

Kondisi ini akan menyebabkan sebagian besar stasiun terbakar dan "sangat sulit untuk mengetahui secara tepat apa yang akan bertahan karena pembuatan stasiun ini tidak diungkap oleh Cina".

Kecepatan jatuhnya stasiun ini dapat mencapai 26.000km/per jam.

Tidak. Sebagian besar dari stasiun seberat 8,5 ton akan hancur begitu melewati atmosfer.

Beberapa bagian yang sangat padat seperti tanki bahan bakar atau mesin roket mungkin tidak akan sepenuhnya terbakar. Namun, bahkan jika bagian-bagian tersebut bertahan di permukaan Bumi, kemungkinan mereka mengenai seseorang sangatlah tipis.

"Pengalaman kami untuk benda-benda yang besar biasanya 20?n 40?ri massa aslinya akan bertahan dan mereka dapat ditemukan di daratan, secara teroritis," kata Kepala kantor puing ruang angkasa Esa, Holger Krag, kepada wartawan baru-baru ini.

"Namun, mengalami luka akibat salah satu fragmen ini sangatlah tidak mungkin. Perkiraan saya ada kemungkinan terluka akibat salah satu dari fragmen sama dengan kemungkinan terkena petir selama dua kali di tahun yang sama."

Ketika puing biasanya kembali jatuh, sebagian besar "terbakar atau berakhir di tengah lautan dan jauh dari manusia," kata Mr Aboutanios.

Biasanya masih ada komunikasi dengan benda atau satelit. Itu berarti pengatur di daratan masih dapat mempengaruhi dan mengarahkannya lokasi jauh yang diinginkan.

Puing-puing itu diarahkan menabrak di lautan yang sulit diakses- jauh dari daratan. Itu adalah lokasi di Pasifik Selatan, antara Australia, Selandia Baru dan Amerika Selatan.

Lebih dari satu daerah sekitar 1.500 km persegi (580 mil persegi) wilayah ini adalah kuburan pesawat ruang angkasa dan satelit, di mana sisa-sisa sekitar 260 pesawat ruang angkasa dan satelit diperkirakan tersebar di dasar samudra.

Cina bisa dikatakan terlambat memulai eksplorasi luar angkasa.

Pada 2001 lalu, Cina meluncurkan pesawat ruang angkasa yang membawa hewan uji coba dan pada 2003 mengirimkan astronot pertama ke orbit, membuatnya menjadi negara ketiga yang melakukannya setelah Uni Soviet dan AS.

Program untuk stasiun luar angkasa dimulai dengan peluncuran Tiangong-1 2011, atau "Istana Surgawi".

Sebuah prototipe stasiun yang dapat dihuni oleh astronot namun hanya dalam periode yang singkat selama beberapa hari. Astronot pertama Cina Liu Yang mengunjunginya pada 2012 lalu.

Tiangong-1 mengakhiri masa kerjanya pada MAret 2016, dua tahun lebih dari yang dijadwalkan.

Saat ini, Tiangong-2 beroperasi dan pada 2022, Beijing berencana memiliki satelit nomor 3 di orbit terdepan dan beroperasi penuh di ruang angkasa.