Seputar Cincin Api Pasifik yang Rawan Gempa dan Letusan Gunung Api

picture-alliance/dpa
Sumber :
  • dw

Cincin Api ini mendominasi wilayah Samudra Pasifik. Di daerah ini, terdapat setidaknya 450 rangkaian gunung berapi aktif dan tidak aktif yang berbentuk setengah lingkaran atau tapal kuda di sekitar Lempeng Laut Filipina, Lempeng Pasifik, Juan de Fuca dan Lempeng Cocos, serta Lempeng Nazca. Ada banyak aktivitas seismik di daerah tersebut.

Sekitar 90 persen dari semua gempa bumi terjadi di dalam wilayah Cincin Api. Ini berarti kehidupan manusia yang tinggal di wilayah ini secara terus-menerus berada di dalam bayang ancaman.

Negara-negara yang berada di wilayah Cincin Api banyak sekali, termasuk Indonesia, Filipina, Malaysia, Jepang, Australia dan Selandia Baru, Papua Nugini, dan negara-negara kepulauan lainnya seperti Kepulauan Solomon, Fiji. Serta banyak lagi di negara di daerah Melanesia, Mikronesia, Polinesia, terus hingga ke pesisir barat Amerika Utara dan Selatan.

Meski demikian, tingkat ancaman dan kerentanan di masing-masing wilayah berbeda-beda tergantung pada faktor lokal seperti kedekatan dengan pusat gempa, baik di laut atau di darat, dan standar perumahan.

Baca juga: Mengenal Gerakan Lempeng Tektonik

Mengapa begitu banyak gunung berapi di wilayah ini?

Lempeng tektonik bergerak tanpa henti di atas lapisan batuan yang sebagian padat dan sebagian cair. Ini disebut mantel bumi. Ketika lempeng bertabrakan atau bergerak terpisah, misalnya, bumi pun akan secara harfiah ikut bergerak. Sejumlah pegunungan seperti Andes di Amerika Selatan dan Pegunungan Rocky di Amerika Utara, serta gunung berapi terbentuk melalui tumbukan lempeng tektonik tersebut.

Banyak gunung berapi di daerah Cincin Api terbentuk melalui proses subduksi. Sebagian besar zona subduksi di planet bumi kebetulan berada di wilayah Cincin Api.

Jadi, apa itu subduksi?

Subduksi terjadi ketika lempeng tektonik bergeser, dan satu lempeng terdorong ke bawah lempeng lainnya. Pergerakan yang terjadi di dasar laut ini menghasilkan "transmutasi mineral" yang mengarah pada peleburan dan pemadatan magma yang kemudian akan membentuk gunung berapi.

Jadi, ketika lempeng samudera yang "turun" terdorong ke lempeng mantel yang lebih panas, lempeng samudera ini kemudian ikut memanas. Zat-zat yang mudah menguap kemudian bercampur, dan menghasilkan magma. Magma kemudian naik melalui yang berada lempeng atasnya dan menyembur keluar ke permukaan.

Namun, jika lempeng di atasnya berupa lautan, aktivitas ini dapat membentuk rantai pulau vulkanik seperti di Kepulauan Mariana di mana terdapat palung laut terdalam dan pernah terjadi gempa bumi terdalam.

Gempa terparah di daerah Cincin Api

Gempa bumi terparah di wilayah Cincin Api dan juga di dunia, terjadi di Chile pada 22 Mei 1960. Gempa ini berkekuatan 9,5 skala Richter dan menurut daftar Survei Geologi Amerika Serikat (AS) disebut sebagai "Gempa Bumi Terbesar di Dunia Sejak 1900."

Setelah itu ada Gempa Bumi Besar di Alaska tahun 1964 (dengan magnitudo 9,2), gempa bumi Sumatra Utara yang juga dikenal sebagai Tsunami Samudera Hindia pada tanggal 26 Desember 2004 (dengan magnitudo 9,1), dan gempa di daerah lepas Pantai Timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 (besarnya 9,0), yang menyebabkan tsunami dan bencana nuklir di Fukushima.

Baca juga: Ilmuwan Sudah Prediksi Tsunami Anak Krakatau Enam Tahun Silam

Sebagian besar gempa bumi dalam daftar gempa terbesar tersebut berada di dalam Cincin Api, dan berkekuatan antara dari 9,5 hingga 8,5 skala Richter.

Berdasarkan data aktivitas bumi, bisakah gempa diprediksi?

Tidak. Sebagian besar ahli akan mengatakan bahwa sejauh ini tidak mungkin memprediksi gempa bumi. Bahkan jika terjadi dua gempa berturut-turut di dalam daerah Cincin Api, akan sulit untuk mengatakan bahwa keduanya berhubungan. Sebuah gempa belum tentu menjadi penyebab bagi gempa lain.

Baca juga: Memprediksi Gempa Susulan dengan Bantuan Komputer

Beberapa seismolog secara hati-hati terbuka terhadap adanya gagasan bahwa apa pun yang kita lakukan sebagai manusia - apakah itu menguji bahan peledak nuklir atau pengeboran di laut dalam - semuanya memiliki dampak potensial. Tapi bukti ilmiah untuk mendukungnya sangat sedikit dan cenderung nihil.

Khusus untuk wilayah Cincin Api, wilayah ini secara terus-menerus berada di bawah tekanan. Ketika terjadi gempa terjadi, tekanan sementara waktu akan terlepaskan, tetapi akan segera mulai terbentuk tekanan dan ketegangan baru.

Baca juga: NASA: Kecepatan Gempa Palu Kejutkan Ilmuwan

Jadi yang bisa dilakukan bagi orang-orang yang tinggal di sekitar Cincin Api adalah menyadari bahaya, mungkin bisa hidup lebih jauh ke pedalaman, membangun perumahan yang lebih aman dan tahan gempa. Negara-negara juga bisa meningkatkan sistem peringatan dini di darat dan laut guna membantu meminimalkan risiko. (Ed.: ae/pkp)