Bukti Otak Pertajam Memori Saat Tidur

Tremor biasanya merupakan indikasi terdapatnya gangguan sistem saraf
Sumber :
  • Pixabay/ Geralt

VIVA.co.id – Dalam sehari, manusia dianjurkan untuk tidur minimal enam jam. Anjuran ini dikaitkan dengan kesehatan tubuh, agar terhindar dari penyakit kardiovaskular, diabetes tipe dua, serta gangguan turunan, seperti penyakit Parkinson.
 
Namun, dibalik anjuran tersebut, ternyata tidur sangat penting untuk mempertajam otak yang kepenuhan memori. Peneliti University of Wisconsin, Amerika Serikat dan Johns Hopkins University, AS, menyatakan tidur akan sangat bermanfaat untuk menjalani aktivitas di hari berikutnya.
 
“Manfaat lain, tidur menunjukkan bahwa itu memungkinkan kita untuk 'memangkas' ingatan kita dan menyesuaikan pelajaran yang telah kita pelajari saat terjaga,” jelas peneliti seperti dilansir Science Alert, Senin 6 Februari 2017.
 
Manfaat tidur bagi memori itu dikenal dengan hipotesis homeostasis sinaptik. Sistem saraf, merupakan sistem koordinasi utama dalam tubuh. Sistem ini akan mengarahkan fungsi organ lain, proses pengendalian dalam tubuh, dan mempertahankan homeostasis atau keseimbangan.
 
Hal ini dicapai oleh sel, yang disebut neuron, yang berfungsi sebagai unit penghubung untuk sinyal-sinyal listrik yang digunakan untuk komunikasi seluler. Sel-sel ini berinteraksi satu sama lain dan jaringan lain melalui persimpangan yang dikenal sebagai sinapsis.
 
Saat otak beraktivitas dalam kondisi terjaga, sinapsis lama kelamaan akan melemah akibat sel dan jaringan yang ikut antusias ketika otak digunakan. Maka otak yang sudah lelah bekerja perlu diistirahatkan dengan tidur. Para peneliti membuktikan dengan spesimen serutan tipis otak pada tikus, peneliti mengerjakan dan menganalisis serutan selama empat tahun.
 
Peneliti University of Wisconsin mengambil spesimen serutan tipis otak tikus yang tengah tertidur, beberapa yang lain yang telah tetap terjaga dan dihibur dengan mainan, dan beberapa lagi yang tetap terjaga, tetapi tidak distimulasi.
 
Kemudian, peneliti mengukur ukuran dan bentuk 6.920 sinapsis pada ratusan bagian otak. Irisan diambil dari tikus tidur terkandung sinapsis yang 18 persen lebih kecil dari sinapsis tikus yang terjaga.

Sementara itu, peneliti Johns Hopkins University meneliti dengan cara yang lain. 

Ilmuwan universitas ini menandai protein sinapsis tikus yang sedang terjaga dan mengawasi otak tikus yang tidur. Harapannya, jika ukuran sinapsis menyusut, penanda protein itu menurun. 

Selanjutnya, peneliti merekayasa tikus tanpa protein yang disebut Homer1A, zat kimia yang dikenal memicu penghapusan reseptor di sinapsis. Tikur yang direkayasa proteinnya itu tidur dengan tikus tanpa rekayasa. 

Untuk menguji memori, kelompok tikus itu dijalankan dalam kotak dengan panel lantai listrik. Saat malam, beberapa tikus diberi zat kimia yang mencegah protein Homer1A masuk membran kecil.
 
Keesokan harinya, tikus kembali dimasukkan ke kotak yang sama. Semua tikus kemudian bingung. Kemudian ditempatkan di kotak yang berbeda, tikus degan sinapsis yang berkurang malah berani keluar kotak. Sementara itu, tikus dengan pencegah Homer1A malah kebingungan lagi. 

Dari percobaan itu, peneliti menyimpulkan tikus bingung dengan kesamaan kotak. Tikus yang sebelumnya memiliki memori tajam sehari sebelumnya, malah pada hari berikutnya susah untuk mengingat. 

Dari dua penelitian itu, tim ilmuwan meyakini tidur merupakan perilaku yang sangat kompleks, hal itu terkait dengan sejumlah fungsi biologis, kekebalan sampai pencernaan. (asp)