Digitalisasi Pertanian, Drone sampai Satelit Dilibatkan

Ilustrasi traktor tanpa awak.
Sumber :
  • Mirror

VIVA – Sektor pertanian turut mengalami perkembangan digitalisasi. Untuk memberi makan penduduk Bumi, yang menurut Food and Agriculture Organization (FAO) jumlahnya mencapai 7,6 miliar jiwa, teknologi mutlak dilibatkan.

Syngenta, perusahaan global asal Swiss yang mengkhususkan diri dalam pemasaran benih dan pestisida dan penelitian bidang bioteknologi dan genomika, memaparkan telah terjadi perubahan anggaran riset tahunan, di mana pada tahun ini biayanya mencapai US$1,3 miliar atau Rp19,06 triliun secara global.

Peningkatan anggaran ini karena Syngenta fokus dengan program digitalisasi pertanian. Salah satunya di Indonesia. Menurut Kepala Eksekutif Syngenta, Erik Fyrwald, teknologi digital pertanian kini telah mulai berkembang di Amerika Serikat.

Dimulai dari traktor yang dilengkapi dengan sistem digital, sehingga bisa mengetahui berapa jumlah tanaman yang harus ditanam pada suatu lahan.

"Selain itu, kondisi tanahnya seperti apa, berapa pupuk yang akan digunakan, bahkan bisa mengetahui tren preferensi konsumen sehingga petani dapat memproduksi produk-produk pertanian yang disukai pasar," kata dia, dalam keterangannya, Senin, 17 September 2018.

Erik juga mengungkapkan, banyak pula mesin-mesin pertanian telah dilengkapi dengan citra foto satelit, sehingga bisa memprediksi iklim, kondisi tanah, cuaca, dengan akurasi dan presisi tinggi.

Bukan cuma itu saja. Pria yang menjabat sebagai CEO Syngenta sejak Juni 2016 ini mengaku sedang mengembangkan pemanfaatan drone untuk pertanian.

"Dengan drone diterbangkan di atas lahan pertanian, kita bisa melihat kondisi tanaman, serangan hama dan penyakit tanaman, kebutuhan nutrisi tanaman hingga e-commerce produk pertanian," jelasnya.

Oleh karena itu, kedatangannya ke Indonesia menunjukkan komitmen untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).

Sejak 1960-an, Syngenta mendukung melalui investasi, penelitian dan pengembangan, teknologi, penyediaan benih dan perlindungan tanaman, serta pelatihan praktik pertanian yang baik.

Di Indonesia, Erik menuturkan, aktivitas bisnis Syngenta saat ini didukung satu pusat riset dan pengembangan berskala internasional terletak di Cikampek, Jawa Barat. Lalu, satu pabrik perlindungan tanaman di Bogor, Jawa Barat, dan satu pabrik pengolahan benih di Pasuruan, Jawa Timur.

Total nilai investasinya mencapai US$27 juta atau Rp396 miliar. Salah satu produk Syngenta paling populer adalah benih Jagung Hibrida NK Perkasa. Adapun produk terbaru Syngenta, Herbisida Apiro, sudah ada di pasar Tanah Air sejak April 2018.