Ngeri, Kadar Lemak di Tubuh Pria Ini Bikin Darah Seputih Susu

Sampel darah yang bercampur lemak
Sumber :
  • Science Alert

VIVA – Seorang pria di Jerman memiliki darah yang berwarna pucat seperti susu. Menurut dokter, kondisi tersebut bisa membuat jiwanya terancam, andai tak segera ditangani.

Dilansir dari Science Alert, Rabu, 27 Februari 2019, menurut dokter, pasien itu mengalami hipertrigliseridemia ekstrem - penyakit yang ditandai oleh tingginya kadar molekul trigliserida lemak dalam darah.

Biasanya, dokter akan mengobati kondisi ini dengan teknik yang disebut plasmapheresis, yaitu mengekstraksi plasma darah dari tubuh, menghilangkan kelebihan trigliserida (atau komponen toksik lainnya), dan mengembalikan darah yang bersih ke pasien.

Ketika para dokter di Rumah Sakit Universitas Cologne mencoba metode tersebut pada pria 39 tahun itu, darahnya yang sangat tebal dan berlemak menyumbat mesin plasmapheresis. Sehingga upaya pengobatan menjadi terhambat.

Kasus aneh ini, menurut peneliti belum pernah ditemukan sebelumnya. Mereka lantas mengupayakan pendekatan yang berbeda untuk menyedot lemak ekstrem dan berbahaya agar keluar dari darah pria itu.

Kadar trigliserida dalam darah dikatakan normal apabila kurang dari 150 miligram per desiliter (mg/dL). Jika konsentrasinya antara 200 hingga 499 mg/dL, dan 500 mg/dL maka dianggap sangat tinggi.

Namun pada pria ini, darahnya disebutkan benar-benar padat, dengan nilai trigliseridnya 36 kali lipat lebih tinggi dari angka sangat tinggi, yaitu sekitar 18.000 mg/dL.

Itulah yang menyebabkan ia mengalami mual, muntah, sakit kepala, dan kewaspadaan memburuk. Semua ini bisa merupakan gejala sindrom hyperviscosity, di mana darah yang menebal secara abnormal, dapat memicu kejang dan koma.

Para peneliti mengaitkan kasus langka tersebut dengan sejumlah faktor, seperti obesitas, diet, resistensi insulin, dan kemungkinan kecenderungan genetik.

Lantaran konsep pengobatan modern terhambat, para dokter lantas beralih ke metode alternatif. Teknik kuno dari Mesir pada abad ke-18 pun diterapkan.

Disebutkan, perawatan zaman dulu itu dilakukan dengan cara menarik volume darah dari tubuh, kemudian menggantinya dengan pasokan konsentrat sel darah merah, plasma beku segar, dan larutan garam fisiologis.

Di unit perawatan intensif, sebanyak dua liter darah 'susu' dikeluarkan dari tubuh pasien, kemudian dimasukkan asupan tersebut.

Rupanya metode itu berhasil menurunkan kadar trigliserida pasien, dan pada hari kelima, ia bebas dari gejala neurologis residual.

"Jika plasmapheresis tidak dapat dilakukan karena hiperviskositas ekstrem, pengalaman kami menunjukkan bahwa membuang darah konvensional dengan penggantian (cairan) mungkin menjadi alternatif yang efektif," para peneliti menjelaskan dalam catatan kasus pada perawatan pria itu.

"Setahu kami, ini adalah laporan pertama yang menggambarkan prosedur ini." (dhi)