Inikah Alasan Operator Seluler Belum Mau Sediakan Layanan di MRT?

Penumpang menaiki kereta MRT di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa, 26 Maret 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Sejak diresmikan pekan lalu, baru beberapa operator saja yang terlihat sinyal layanannya di sepanjang rute MRT. Kabarnya, enggannya operator seluler menyediakan layanan di MRT karena mahalnya pembangunan jaringan di sepanjang jalur moda transportasi tersebut.

Hal ini dikritisi oleh Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Menurut Enny, proyek MRT merupakan program strategis nasional dan pioneer di bidang transportasi masal moderen yang harus didukung. Ditambah, seharusnya PT MRT Indonesia dan Tower Bersama dapat transparan kepada publik berapa sebenarnya biaya yang dikenakan untuk setiap operator. 

"Seharusnya dengan banyaknya operator yang tertarik membangun jaringan sepanjang jalur MRT, komponen biaya yang ditanggung oleh masing-masing operator akan berkurang. Karena biaya pembangunan jaringan telekomunikasi di MRT ditanggung renteng oleh seluruh operator. Jika memang harga sudah transparan disampaikan oleh PT MRT dan Tower Bersama namun masih ada operator yang tak sanggup membayar, maka operator tersebut tak boleh komplain. Apa lagi menuduh jika ada monopoli oleh salah satu operator," katanya di Jakarta, Jumat, 29 Maret 2019.

Enny mengakui dan paham jika operator sebagai badan udaha memang selalu berpikir benefit dan cost. Berbeda dengan Telkom atau Telkomsel yang selalu diminta hadir untuk mewakili negara. Mereka harus terus berinvestasi meski dalam jangka pendek belum menguntungkan. Sedangkan operator lain hanya investasi di daerah yang menguntungkan saja.

"Inilah yang membuat mereka (Telkom/Telkomsel) enggan perang tarif. Padahal jika operator enggan berinvestasi ditempat yang tidak menguntungkan, opportunity operator lain untuk menggunakan tools perang tarif akan semakin besar. Dari pada mereka investasi, mending dipakai untuk akusisi pelanggan dengan perang tarif. Ini sangat tidak fair," kata Enny.

Akibat ketidakadilan itu, lanjut Enny, kerugiannya sudah nampak, yaitu tidak adanya pemerataan layanan telekomunikasi. Perang tarif yang saat ini terjadi sudah menimbulkan kerugian sosial. Pasalnya operator tak mampu mendukung program pemerintah dalam pemerataan layanan dan jaringan telekomunikasi. Bahkan operator tak mampu lagi mendukung secara optimal program strategis nasional, seperti menyediakan layanan telekomunikasi di jalur MRT.

Enny meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika segera membenahi perang tarif di industri telekomunikasi. Dipercaya, tanpa perang tarif, operator telekomunkasi memiliki kemampuan untuk mendukung program strategis nasional, termasuk menyediakan layanan di sepanjang rute MRT.