Di Balik #MisteriHilangnyaSandiagaUno: Cooling Down dan Sabar

Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

VIVA – Sehari setelah Pemilihan Presiden RI yang dilakukan pada Rabu, 17 April 2019, nama cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno banyak digaungkan di jagad Twitter. Warganet ramai-ramai mencuitkannya melalui tagar #MisteriHilangnyaSandiagaUno yang menduduki jajaran trending topic pada Kamis, 18 April 2019. Hingga berita ini dibuat, telah dicuitkan sebanyak 11.500 kali.

Mereka umumnya mempertanyakan di mana keberadaan Sandiaga Uno, menyusul proses penghitungan cepat Pilpres 2019 yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei. Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dengan perolehan suara 54,87 persen menurut Poltracking. 

Pakar media sosial dan IT, sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, memberi keterangan mengapa suatu topik bisa menjadi perhatian mayoritas warganet sehingga meraih posisi trending, termasuk mengenai hashtag #MisteriHilangnyaSandiagaUno. Karena dalam panggung Pilpres 2019, setidaknya terdapat empat tokoh utama yang berperan, yaitu Jokowi, Ma'ruf Amin, Prabowo, dan Sandiaga Uno.

Menurut Heru, terkait mencuatnya hashtag Sandiaga Uno tersebut, siapa pun warganet bisa membuatnya. Akan tetapi untuk mencapai posisi trending, ada mekanisme yang harus dilalui.

"Tiap orang bisa bikin hashtag. Dan ketika banyak orang yg mencuitkan hashtag yang sama ini, bisa menjadi trending topic," kata Heru pada VIVA, Kamis, 18 April 2019.

"Untuk masuk trending topic tentunya hashtag atau isu tertentu bertarung dengan isu lainnya sehingga yang mungkin top 10 saja yang trending topic seperti di Twitter," tambahnya.

Meski begitu, Heru punya pandangan lain terhadap pergerakan hashtag dalam prosesnya mencapai jajaran terpopuler. Dikatakan Heru, hal ini ada keterlibatan dari tim media sosial yang bekerja dengan solid.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi

"Dan uniknya, hashtag bisa jadi trending topic karena ada gerakan dari tim media sosial. Bisa jadi ini karena kerja tim media sosial solid. Dan secara lebih jauh bisa dilihat dari siapa yang mendorong isu. Kalau anonim lebih ke kerja tim media sosial, tapi kalau organik artinya isinya mendapat perhatian banyak netizen," jelas Heru.

Selama ini, bukan barang baru jika ada tim media sosial, salah satunya disebut dengan buzzer, dibalik upaya-upaya pemenangan masing-masing kubu kandidat presiden. Hal ini pun dibenarkan oleh Heru, "Iya begitu," katanya.

"Ya, kalau tim medsos bergerak bisa pakai akun  anonim termasuk bot," ujarnya.

Melalui hashtag #MenghilangnyaSandiagaUno, di antara warganet bukan hanya mempertanyakan keberadaan Sandiaga Uno, namun ada pula yang menyatakan simpati pada mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut.

Terlepas dari mencuatnya tagar-tagar bernuansa politis seputar Pilpres dan Pemilu 2019. Ada pesan mendasar yang ditegaskan Heru. Agar semua pihak saling menjaga situasi kondusif, termasuk di media sosial.

"Baiknya netizen semua cooling down untuk tidak membuat suasana panas termasuk di media sosial. Dan terutama yang telah dianggap menang lewat quick count untuk bersabar menunggu real count dan tidak bergembira berlebihan," pesannya.

Heru juga mengingatkan pada semua masyarakat bahwa masih ada ribuan TPS yang harus diulang dan dilanjutkan pemungutan suara, serta mengedepankan rasa persaudaraan ketimbang semua isu-isu politik yang malah dijadikan bahan tertawaan. 

"Saya berharap semua warganet bersabar menunggu hasil real count KPU karena masih ribuan TPS yang ternyata ada harus diulang dan dilanjutkan pemungutan suaranya. Ingatlah, kita semua semua bersaudara. Yang merasa menang lewat quick count juga harap menahan diri, jangan kemudian yang sementara kalah dijadikan bahan guyonan. Yang sementara quick count dianggap kalah harap bersabar, jangan emosi, sebab hasil resmi adalah hasil penghitungan KPU," pungkasnya.