Twitter Blak-blakan Dijadikan Sarang Konten Radikal

Seorang pengunjung berpose di depan logo Twitter.
Sumber :
  • Instagram/@annavicc

VIVA – Seorang petinggi di Twitter mengungkapkan platform media sosial itu telah menjadi tempat bersarangnya konten radikal. Petinggi tersebut menyebutkan jejaring sosial itu telah menghapus 1,6 juta akun terkait terorisme.

Dilansir dari laman Metro, Kamis 13 Juni 2019, sama seperti Facebook dan YouTube, Twitter juga tengah bergulat untuk mengamankan platformnya dari konten ujaran kebencian, hoaks dan isu lainnya.

Global Lead for Legal, Policy and Trust and Safety Twitter, Vijaya Gadde mengatakan, ada 90 persen konten radikal yang terdeteksi oleh teknologi perusahaan, tanpa adanya pelaporan.

"Saya pikir di setiap platform, termasuk Twitter, ada pengguna yang membagikan konten radikal. Meskipun begitu kami punya mekanisme dan kebijakan, yang efektif untuk memerangi hal ini," ujarnya.

Namun, saat pecahnya penembakan di Masjid Christchurch, Selandia Baru yang menewaskan 51 orang tewas pada Maret lalu, Gadde mengakui Twitter mengalami perubahan yang signifikan atau titik balik. Dalam menghadapi kelompok yang ekstrem, Twitter tetap pada kebijakan tegasnya.

Kebijakan yang mereka miliki telah melarang lebih dari 110 kelompok brutal. 90 persen dari mereka adalah kelompok nasionalis kulit putih, Partai Nazi Amerika, Proud Boys dan Ku Klux Klan atau KKK.

Twitter Product Lead, Kayvon Beykpour mengatakan, banyak dari konten pengguna yang kasar, sebenarnya tidak semua melanggar karena setiap konten yang mereka unggah memiliki tingkat kekasaran yang berbeda. Namun Twitter harus proaktif menurunkan konten karena mereka pikir tidak perlu lagi diperbesar.

Media sosial berlogo burung biru itu memiliki aturan baru sebagai bagian dari rencananya, untuk membuat pengguna mudah memahami aturan. Sebelumnya, pedoman resmi Twitter terbilang panjang dengan sekitar 2.500 kata, namun saat ini telah dipotong, menjadi kurang dari 600 kata. (ren)