Selain Blokir IMEI, Ini Kekuatan Lain Mesin SIBINA yang Berbahaya

IMEI.
Sumber :
  • Android Central

VIVA – Rencana pemerintah untuk melakukan pendataan IMEI ponsel memang belum menemukan titik final, walau gelagat akan disahkan sudah pasti. Padahal banyak pihak yang menganggap aksi blokir itu malah membuka lebih banyak bahaya lain untuk masuk ke sistem telekomunikasi di Indonesia.

Dikatakan pengamat telekomunikasi dari ITB, Ian Joseph Matheus Edward, kebutuhan data yang banyak untuk memverifikasi IMEI tak perlu banyak. Apalagi mesin yang digunakan SIBINA merupakan platform open source dari perusahaan yang tidak memiliki hubungan langsung dengan pemberantasan HP ilegal.

“Dikhawatirkan jika data-data tersebut jatuh ke pihak yang tak bertanggung jawab, ada kemungkinan akan disalahgunakan. Data IMEI yang pernah aktif di jaringan operator sebenarnya cukup. Tak perlu sampai ke jeroan operator dan pelanggan masuk ke dalam platform itu juga,” ujar Ian, dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 23 September 2019.

Sebelumnya pemerintah memang memastikan jika perangkat yang digunakan untuk SIBINA berasal dari Qualcomm. Nantinya, kata pihak Kementerian Perindustrian, untuk mengidentifikasi perangkat, SIBINA hanya butuh data IMEI. Namun dalam aturan yang tertuang di RPM buatan Kominfo tentang Pembatasan Akses Layanan Telekomunikasi Bergerak Sel, SIBINA akan membutuhkan beberapa data lain dari operator, tak hanya IMEI.

Platform open source besutan Qualcomm ini juga membutuhkan beberapa data dari operator seperti IMSI (International Mobile Subscriber Identity), MSISDN (Mobile Subscriber Integrated Services Digital Network Number), Radio Access Technology (RAT) dan tanggal ketersambungan dengan RAT. Jika salah satu data tersebut tidak ada maka platform open source tersebut tak bisa berjalan. 

RAT inilah yang dianggap cukup krusial bagi operator telekomunikasi dan sanga dijaga agar tidak sampai jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab. Pasalnya, para penjahat siber bisa melihat akses data dan voice pelanggan operator selular menggunakan apa. Pihak yang tak bertanggung jawab tersebut juga bisa melihat kualitas jaringan dan settingan di BTS operator.

“Jika ada hacker yang bisa menguasai RAT operator, maka mereka memegang jeroan seluruh jaringan operator. Seperti HP tersebut menggunakan chipset apa, kekuatan pemancar BTS berapa atau settingan operator seperti apa. Itu padahal adalah rahasia masing-masing operator,” kata Ian.

Yang paling berbahaya, katanya, jika pihak yang tak bertanggung jawab juga tau IMSI dan MSISDN masing-masing pelanggan di operator telekomunikasi. Ngak boleh ada pihak yang tidak berkepentingan mendapatkan seluruh data tersebut,”terang Ian.

“Jika RAT dan IMSI sudah di pegang oleh pihak yang tak bertanggung jawab, mereka bisa mengambil alih nomor pelanggan lain (cloning) lalu melakukan kegiatan telekomunikasi seakan-akan berasal dari pemilik asli nomor tersebut,” katanya.

Bahkan ketika vendor platform open source tersebut bisa mendapatkan data RAT dan IMSI tersebut, Ian memperkirakan, mereka akan menjadi sangat power full dan mampu mengetahui kompetitor mereka, kebutuhan teknis dari perator dan pelanggan telekomunikasi di Indonesia.