Nadiem Makarim Pilih Menteri Tinggalkan Gojek, Pakar: Sangat Berisiko

Pendiri Gojek, Nadiem Makarim
Sumber :
  • Instagram/@gojekindonesia

VIVA – Pendiri Gojek, Nadiem Makarim mundur dari perusahaannya lantaran masuk dalam kabinet pemerintahan Joko Widodo. Ditinggal Nadiem, Gojek menunjuk dua petingginya, yaitu Presiden Gojek Grup, Andre Soelistyo dan co-founder Gojek, Kevin Aluwi menjalankan perusahaan sebagai Co-CEO. 

Keputusan ini mendapat sorotan dari pakar manajemen bisnis Yodhia Antariksa, sebab Gojek saat ini sedang bersaing ketat dengan Grab. Dia menilai pilihan itu sangat berisiko.

Menurut, Yodhia, saat ini Gojek butuh fokus tinggi untuk keberlanjutan bisnis perusahaan. Makanya keputusan Nadiem untuk memilih kabinet, bagi Yodhia, cukup mengejutkan baginya. 

"Posisi CEO Gojek lebih krusial daripada posisi menteri. Kepergian Nadiem jadi menteri hampir pasti akan ganggu kelancaran operasi Gojek," tulis Yodhia, Senin 21 Oktober 2019. 

Yodhia menilai saat ini Gojek aslinya berada pada posisi yang dilematis. Startup anak bangsa itu menurutnya, berada dalam titik kritis. Makanya, jika lengah dalam menjalankan perusahaan, keberlanjutan bisnis Gojek bisa terancam. 

"Takutnya, masa depan Gojek makin terjal jika Nadiem resign dari CEO. Keputusan dia untuk menerima jadi menteri, adalah keputusan yang sangat berisiko. High risk," kata dia. 

Yodhia merinci, portofolio Gojek belum begitu menjanjikan keuntungan. Cuma layanan Gofood saja yang menurut Yodhia, sudah menghasilkan uang. 

"Goride belum jelas, Gopay masih bakar uang. Sekarang agak stagnan setelah promo cash back usai. Masa depan Gojek masih jauh dari kepastian," katanya. 

Apalagi, dari Gopay mesti bersaing dengan Grab dengan Ovo-nya. 

"Saat ini Gojek benar-benar butuh fokus agar tak makin disalip Grab. Saat ini market share Grab sudah 60 persen. Kalau Grab jadi gabungkan Dana dan Ovo, maka Gopay bisa limbung," kata dia.