Banjir Landa Jabodetabek, BPPT Ngakunya Tahu hanya Kurang Antisipasi

Kepala BPPT, Hammam Riza.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lazuardhi Utama Rifki

VIVA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengaku tidak menduga jika curah hujan di wilayah Jabodetabek intensitasnya tinggi dengan durasi begitu lama sehingga menyebabkan banjir.

"Kita enggak menduga akan seperti ini (banjir). Meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memberi peringatan dini terhadap cuaca ekstrem," ujar Kepala BPPT Hammam Riza di Jakarta, Jumat, 3 Januari 2020.

Menurutnya, ada beberapa faktor penyebab banjir di Jabodetabek. Salah satunya, karena hujan deras sehingga membuat tanggul bocor. "Kita sudah punya prakiraan tapi antisipasinya kurang," klaim dia.

Oleh sebab itu, dari prakiraan cuaca ekstrem yang dirilis BMKG pada 5-7 Januari 2020, Hammam menyebut BPPT akan melakukan reduksi curah hujan yang tinggi agar banjir yang merendam di beberapa titik wilayah di Jabodetabek bisa segera teratasi.

Reduksi curah hujan akan dilakukan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Dengan ini mereka berharap intensitas hujan yang turun di wilayah Jabodetabek bisa berkurang dan pindah ke daerah laut atau yang tidak berpenghuni.

"Kami tidak ingin kecolongan seperti kejadian tanggal 1 Januari kemarin. Aplikasi TMC mulai dimanfaatkan dengan harapan mampu mengurangi intensitas curah hujan di wilayah Jabodetabek. Jadi risiko terjadinya banjir, khususnya di DKI Jakarta, bisa ditekan," paparnya.

Bukan itu saja, Hammam sudah memegang data di mana awan hujan itu bergerak dan mereka akan mencegatnya sebelum sampai ke wilayah Jabodetabek. Pada hari pertama operasi, mereka melakukan menyemaian awan agar hujan turun di Selat Sunda dan Laut Jawa.

"Kita kerja sama dengan TNI-AU menggunakan pesawat CASA 212-200 dan CN-295 untuk menaburkan garam natrium klorida di atas awan. Targetnya intensitas hujan bisa turun 30-40 persen," ujar Hammam.

Dalam membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, BPPT juga bekerja sama dengan BMKG untuk menganalisa data cuaca dan radar Stasiun Meteorologi di Cengkareng, Tangerang, Banten.

"Modifikasi cuaca itu kan seperti mempercepat terjadinya hujan, namanya cloud seeding, menyemai awan agar hujan cepat datang. Kita akan menyemai awan sebelum hujan masuk ke Jabodetabek," jelas Hammam.