Gara-gara Virus Corona, Gojek dan Grab Umbar Data Pribadi Pengguna

Ilustrasi taksi online.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Dua aplikasi transportasi online, Gojek dan Grab, bersedia menginformasikan data pribadi pengguna ke pejabat berwenang di Singapura, karena sebagai bagian dari pencegahan wabah Virus Corona (Coronavirus/nCov).

Tetangga Indonesia itu diketahui sudah ada 10 kasus infeksi Virus Corona yang dikonfirmasi. Selain itu, pemerintah Singapura resmi melarang warganya dari Wuhan, Provinsi Hubei, untuk kembali ke negaranya.

Hal ini mengingat Singapura memiliki jaringan transportasi yang berkembang dengan baik, risiko penyebaran infeksi Virus Corona di sana turut meningkat.

"Kami sudah berkomunikasi dengan pejabat lokal untuk memberi dukungan dalam melacak pasien potensial," demikian keterangan resmi Grab, dikutip dari KrAsia, Sabtu, 1 Februari 2020.

Salah satu bentuk kerja sama yang dimaksud yaitu pelacakan kontak melalui analisis data perjalanan penumpang yang berpotensi terinfeksi. Hal itu dilindungi oleh UU Penyakit Menular di Singapura.

Senada, Gojek mengaku terus berkomunikasi, termasuk proses pelacakan nomor kontak. Berbeda dengan operator taksi konvensional, bus umum maupun kereta komuter, layanan Grab dan Gojek menyimpan transaksi perjalanan, informasi kontak, dan data pribadi lainnya dari pengguna.

Informasi-informasi itu berguna untuk mengidentifikasi penumpang yang berhubungan dengan orang yang terinfeksi, lalu melacak ke mana mereka pergi.

Sebelumnya, Facebook dan Twitter turut berkampanye memerangi informasi salah atau hoax serta konten berbahaya soal Virus Corona.

Kedua platform media sosial tersebut mengambil sejumlah langkah spesifik terkait hal itu. Facebook misalnya. Mereka terus memantau, memeriksa, dan menilai apakah informasi atau konten yang tersebar di platformnya palsu atau tidak.

Head of Health Facebook, Kang-Xing Jin, mengaku akan memberikan notifikasi pada pengguna yang sudah atau berusaha membagikan konten salah tersebut. Mereka akan menerima peringatan jika informasi itu sudah dilakukan pemeriksaan fakta. "Informasi yang salah itu juga akan dihapus," ujarnya.

Adapun Twitter juga melakukan penyesuaian permintaan pencarian soal #coronavirus. Hal ini diungkapkannya dalam akun Twitter Public Policy. Percakapan soal Virus Corona selama empat minggu terakhir tercatat 15 juta tweet. Nampaknya tren ini akan terus berlanjut.