Trik Jualan di Era Digital, Kualitas Eropa tapi Harga Rupiah

Ilustrasi robot dan manusia di industri.
Sumber :
  • Robotic Industries Association

VIVA – Kemunculan era revolusi industri 4.0 menciptakan ekosistem di mana semua sektor industri harus siap mengadopsi teknologi digital yang lebih mapan. Selain serba digital, industri juga harus memiliki sertifikat ISO 9001:2008, atau standard internasional untuk sistem jaminan mutu.

Salah satunya adalah Stahlwerk dan Vector Welding, dua merek global asal Koln, Jerman. Menurut Direktur PT Stahlwerk Jaya Abadi Indonesia, Aryen, Stahlwerk dikenal dengan harga yang relatif terjangkau dan sudah banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia yang menggunakannya.

"Contohnya perajin knalpot, bengkel modifikasi motor, politeknik, sekolah kejuruan, hingga industri berat," ungkap dia di Jakarta. Sedangkan, merek Vector Welding lebih kepada teknologi produk dengan memiliki desain, fitur, dan kualitas yang lebih premium dibandingkan merek Stahlwerk.

Ia mengaku bahwa tampilannya juga sudah full digital sehingga memudahkan bagi orang yang mengoperasikannya. "Kedua perusahaan menghasilkan produk berkualitas. Selain Indonesia, Stahlwerk dan Vector Welding juga sudah dikenal di Eropa. Jadi, produk kualitas Eropa, tapi harga rupiah," tuturnya.

Tak hanya itu, Aryen menambahkan jika Stahlwerk dan Vector Welding telah memiliki sertifikat ISO 9001:2008, sehingga produk yang dihasilkan dijamin berkualitas internasional lantaran memenuhi standard mutu.

Soal pasar Indonesia, ia mengaku optimistis dapat berkontribusi serta mendukung perkembangan teknologi di Tanah Air menuju revolusi industri 4.0. PT Stahlwerk Jaya Abadi Indonesia importir dan agen pemegang merek resmi seperti mesin plasma cutting dan parts consumable merek Stahlwerk dan Vector Welding.

Sebagai informasi, gerakan transformasi digital ini berpotensi meningkatkan nilai tambah dan kontribusi industri terhadap produk domestik brutto (PDB) Indonesia sebesar US$120 miliar (Rp1.665 triliun) sampai US$150 miliar (Rp2.081 triliun) pada 2025.

Kendati dapat berkontribusi positif bagi negara, namun transformasi digital juga membutuhkan kolaborasi penuh dari berbagai pihak. Karena, adanya pergeseran model bisnis, dari strategi berbasis kekuatan perusahaan (comparative and competitive advantage) menjadi strategi berbasis cooperative advantage atau co-creation.