Hacker Sukses Tipu Korban, Katanya WHO Punya Vaksin Virus Corona

Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia alias WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyes (tengah).
Sumber :
  • WHO

VIVA – Peretas atau hacker berhasil melakukan aksi penipuan dengan menguras uang korban lewat kartu kredit. Kata mereka, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah memiliki vaksin Virus Corona COVID-19. Faktanya hoax.

Di tengah kebingungan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi pandemi Virus Corona COVID-19, ada pihak tertentu yang ingin mencari keuntungan. Sebuah kasus penipuan melalui situs web terungkap di Amerika Serikat (AS).

Sebuah situs web mengklaim sebagai organisasi kesehatan dunia sedang memberikan kit vaksin kepada para korban. Yang kemudian, pelaku meminta korban untuk membayar biaya pengiriman, yang sebenarnya ingin mencari informasi kartu kredit milik korban.

"Faktanya, saat ini tidak ada vaksin COVID-19 yang sah, dan WHO tidak mendistribusikan vaksin semacam itu," demikian pernyataan resmi Departemen Kehakiman AS, dikutip dari situs ABCNews, Senin, 23 Maret 2020.

Sementara itu, seorang hakim federal mengeluarkan perintah penahanan sementara terhadap pemilik situs web, yang namanya tidak diketahui.

Pesan itu juga menuntut agar Namecheap, host domain situs itu, untuk menutup situsnya. Menurut Asisten Jaksa Agung Jody Hunt, Departemen Kehakiman AS tidak akan menolerir eksploitasi kriminal darurat nasional ini untuk keuntungan pribadi.

Ia akan menggunakan setiap sumber daya yang dimiliki pemerintah untuk bertindak cepat menutup aksi para scammer, berupa penipuan konsumen, pencurian identitas, atau mengirimkan malware.

Penyebaran Virus Corona juga mendorong AS dan Kanada untuk saling setuju untuk menutup perbatasan utara, dan AS untuk menutup perbatasan selatannya dengan Meksiko untuk semua, kecuali perjalanan penting.

Pada Kamis, 19 Maret lalu, AS memerintahkan peringatan "jangan bepergian" kepada semua orang Amerika, yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Seperti berdiri, ada lebih dari 300 ribu kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Tetapi karena otoritas pemerintah terus kekurangan peralatan pengujian, jumlah infeksi global dikatakan jauh lebih tinggi.

Hingga Jumat, 20 Maret kemarin, ada sekitar 80 juta orang Amerika dikurung, termasuk California, New York, dan Illinois, dalam upaya membatasi penyebaran penyakit pernapasan.