Pantau Wabah COVID-19 Bikin Stres, Kesehatan Mental Harus Dijaga

Evakuasi WNI di Wuhan, China Terkait Penyebaran Virus Corona COVID-19.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Kementerian Luar Negeri RI/mrh/aww

Emma Russell
Pemberitaan media didominasi oleh perkembangan wabah Covid-19 di Indonesia dan dunia.
Virus Corona COVID-19 telah memicu ketidakpastian di penjuru dunia dan pemberitaan mengenai wabah ini rasanya tak kunjung mereda.

Semua ini dapat memengaruhi kesehatan mental, terutama bagi mereka yang sudah memiliki masalah mental bawaan seperti gangguan kecemasan atau gangguan obsesif kompulsif (OCD).

Lalu bagaimana kita dapat menjaga kesehatan mental kita?

Saat Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis tips menjaga kesehatan mental di tengah wabah virus corona, banyak orang yang memuji di media sosial.

Seperti yang dijelaskan oleh Nicky Lidbetter dari lembaga amal Anxiety UK, kecemasan karena ketidakberdayaan dan kegagalan untuk menoleransi ketidakpastian merupakan ciri-ciri khas pada banyak kasus gangguan kecemasan.

Jadi dapat dipahami jika banyak individu yang sudah memiliki gangguan kecemasan akan merasa makin tertekan di masa seperti ini.

"Kebanyakan kecemasan muncul karena rasa khawatir akan sesuatu yang belum mewujud dan menunggu sesuatu terjadi - virus corona menimbulkan kecemasan seperti itu tapi di skala yang besar," kata Rosie Weatherley, juru bicara untuk lembaga amal yang bergerak di kesehatan mental di Inggris, Mind.

Lalu bagaimana kita dapat menjaga kesehatan mental?

1. Batasi konsumsi berita dan selektif terhadap bacaan


Getty Images
Membatasi konsumsi berita dapat membantu mengurangi kecemasan.
Batasi waktu membaca atau menonton sesuatu yang tidak akan membuat Anda merasa lebih baik. Tentukan waktu untuk Anda mengecek berita terbaru.
Banyak misinformasi tersebar - pilih satu sumber terpercaya seperti laman resmi pemerintah atau otoritas kesehatan.
Banyak membaca tentang wabah virus corona bisa menimbulkan serangan kecemasan bagi Nick, ayah dua anak dari Inggris, yang mengidap gangguan kecemasan.

"Saat saya merasa cemas, pikiran saya bisa liar dan saya mulai memikirkan kemungkinan terburuk," katanya.

Nick mengkhawatirkan orang tuanya dan orang-orang tua yang ia kenal.

"Biasanya saat saya sedang diserang kecemasan, saya memilih untuk menyelamatkan diri dari situasi tersebut. Ini sudah di luar kendali saya" katanya.

Puasa membaca berita dan menggunakan media sosial membantunya mengelola kecemasan.

Ia juga merasa bala bantuan dari berbagai lembaga amal sangat berguna.

2. Istirahat dari media sosial dan menutup sumber kecemasan


Getty Images
Identifikasi sumber kecemasan dan batasi penggunaannya.
Matikan kata kunci yang dapat memicu kecemasan di Twitter atau matikan akun-akun Anda
Bungkam kelompok percakapan di WhatsApp dan sembunyikan unggahan Facebook yang terlalu mengganggu
Alison, 24, dari Manchester, Inggris, memiliki gangguan kecemasan dan merasa harus terus memantau perkembangan - di saat yang sama, ia sadar media sosial dan pemberitaan dapat memicu masalah mental.

"Sebulan lalu saya menelusuri tagar dan membaca segala konspirasi yang tidak terverifikasi dan itu semua membuat saya merasa cemas dan tidak berdaya. Saya menangis," katanya.

Sekarang ia lebih berhati-hati saat mengikuti suatu akun dan menghindari tagar virus corona.

Ia juga berupaya keras untuk berpuasa menggunakan media sosial, menonton TV dan memilih membaca buku.

3. Cuci tangan - tapi jangan berlebihan


Getty Images
Rajinlah mencuci tangan namun jangan berlebihan.
OCD Action menghadapi lonjakan permintaan bantuan dari orang-orang yang dilanda ketakutan karena pandemi.

Bagi penderita OCD dan bentuk lain dari gangguan kecemasan, terus-menerus diingatkan untuk cuci tangan bisa jadi terasa sangat mengganggu.

Bagi Lily Bailey, penulis Because We Are Bad, buku tentang hidup dengan OCD, ketakutan akan terkontaminasi sesuatu merupakan salah satu aspek OCD.

Ia mengatakan nasihat mencuci tangan bisa menjadi pemicu bagi mereka yang belum sembuh.

"Sangat sulit karena saya sekarang harus melakukan sesuatu yang seharusnya saya hindari," kata Bailey.

"Saya berpegang teguh pada nasihat itu secara baik tapi tidaklah mudah. Mengingat bagi saya, sabun dan cairan pembersih tangan dapat diasosiasikan dengan adiksi."


Emma Russell
Seruan mencuci tangan dapat memicu kecemasan pada penderita OCD.
Charity OCD Action mengatakan masalah lain yang harus diperhatikan - misalnya, mencuci tangan selama sekian waktu untuk mengurangi risiko penyebaran virus - atau mencuci tangan sebagai kebiasaan untuk "merasa benar"?

Bailey menyebut bagi banyak penderita OCD, menjadi lebih baik berarti dapat meninggalkan rumah - jadi seruan untuk mengisolasi diri juga menjadi tantangan lain.

"Jika kami dipaksa untuk tinggal di rumah, kami punya banyak waktu dan kebosanan bisa membuat OCD memburuk," katanya.

4. Jaga hubungan dengan orang lain


Getty Images
Berbagai seruan untuk membatasi jarak sosial memengaruhi kehidupan jutaan manusia di seluruh dunia.
Di saat makin banyak orang harus mengisolasi diri di rumah, penting bagi Anda untuk memastikan Anda punya nomor telepon orang-orang terdekat.

"Sepakati waktu `check in` dan rasakan keterhubungan dengan orang-orang di sekitar Anda," kata Weatherly.

Jika Anda sedang mengisolasi diri, jaga keseimbangan antara rutinitas dan memastikan ada variasi setiap harinya.

Anda mungkin akan merasa lebih produktif dalam dua minggu tersebut.

Anda dapat melakukan daftar kegiatan atau membaca buku yang sudah lama ingin Anda baca.

5. Hindari merasa kelelahan?


Emma Russell
Anda juga bisa tetap produktif selama masa isolasi diri.
Pandemi ini diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, maka penting sekali untuk memiliki waktu istirahat.

Anxiety Inggris menyarankan beberapa langkah berikut untuk mengatasi kecemasan:

Menerima: Sadari dan terima segala ketidakpastian yang terlintas di pikiran
Berhenti sejenak: Jangan bereaksi seperti biasanya. Jangan bereaksi sama sekali. Berhenti sejenak dan tarik nafas.
Tarik diri: Katakan pada diri Anda bahwa ini hanya kekhawatiran Anda, dan tidak perlu mengkhawatirkan hal yang belum mewujud. Ini hanyalah perasaan dan pikiran. Jangan percaya semua yang Anda rasakan. Perasaan bukanlah pernyataan atau fakta.
Lepaskan: Lepaskan pikiran dan perasaan. Semua akan berlalu. Anda tak perlu merespons setiap saat.
Jelajahi: Jelajahi apa yang terjadi saat ini, karena sekarang, saat ini, semua baik-baik saja. Rasakan napas dan sensasi bernafas. Sadari tanah di bawah kaki Anda. Lihat sekeliling dan rasakan. Lalu alihkan perhatian Anda pada hal lain, pada apa yang harus Anda kerjakan dan bukan pada apa yang Anda khawatirkan. Lakukan hal yang perlu Anda lakukan dengan penuh kesadaran.