Wabah COVID-19 Berakhir, Muncul Gelombang Krisis Kesehatan Mental

Pakai masker tangkal COVID-19.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Jika wabah Virus Corona COVID-19 berakhir, maka diperkirakan muncul gelombang krisis kesehatan mental di seluruh dunia. Hal ini diungkapkan para ilmuwan, seperti dikutip dari situs Independent, Kamis, 16 April 2020.

Ilmuwan ahli saraf, psikiater, psikolog, dan pakar kesehatan masyarakat lainnya telah memperingatkan dampak jangka panjang dari merebaknya virus yang berasal dari Wuhan, China tersebut. Mereka meminta pemerintah untuk memprioritaskan penelitian tentang krisis kesehatan mental.

Selain itu, para ilmuwan juga menyerukan untuk dilakukannya pemantauan kesehatan mental secara real-time di Inggris dan juga seluruh dunia untuk mengukur tingkat keparahan dari krisis mental yang buruk ini.

Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang berjudul Lancent Psychiatry. Studi ini mencuat ketika sebuah lembaga riset di Inggris bernama, Ipsos MORI pada akhir bulan Maret kemarin membeberkan jika kebijakan untuk melakukan lockdown dan Self-Quarantine di Inggris ternyata mempengaruhi kesehatan mental masyarakat.

Sebuah jajak pendapat yang telah dijawab oleh 1.099 anggota masyarakat menyimpulkan adanya peningkatan tingkat kecemasan dan ketakutan akut secara mental akibat dari merebaknya virus ini.

Menariknya dari jejak pendapat itu, setengah dari para responden menjawab bahwa kecemasan menjadi salah satu yang paling dipikirkan.

Untuk diketahui, wabah penyakit menular seperti Virus Corona COVID-19 pernah mempunyai hubungan dengan peningkatan kesehatan mental yang buruk. Itu terjadi ketika wabah epidemi SARS merebak pada 2003 silam yang kemudian menyebabkan peningkatan kasus bunuh diri sebesar 30 persen pada orang usia 65 tahun ke atas.

Kemudian, adanya peningkatan tekanan emosional sebesar 29 persen yang berasal dari petugas layanan kesehatan.

“Peningkatan isolasi sosial, kesepian, kecemasan kesehatan, stres dan penurunan ekonomi adalah badai yang sempurna untuk membahayakan kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Rory O’Connor dari Universitas Glasgow.

Ia pun mengingatkan jika tidak melakukan apa-apa, maka berisiko melihat peningkatan kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, dan peningkatan perilaku bermasalah seperti alkohol dan kecanduan narkoba, perjudian, cyberbullying atau konsekuensi sosial seperti tunawisma dan gangguan hubungan.

Laporan: Abdulah Saputra