BMKG Dunia: Banyak Bencana Besar akan Menerpa Bumi

Seorang anak mencoba mendinginkan kepalanya saat gelombang panas di Gaza (BBC Indonesia)
Sumber :
  • bbc

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan ada peluang yang berkembang bahwa suhu global akan naik lebih dari 1,5 derajat Celcius selama lima tahun ke depan. Padahal sejumlah negara di dunia menyetujui target untuk menjaga kenaikan suhu global dunia agar tetap di bawah 1,5 derajat Celcius abad ini. Hal itu diatur dalam Persetujuan Paris pada tahun 2015.

WMO mengatakan ada peluang sebesar 20% ambang batas itu akan terlewati satu tahun sebelum 2024. Ada peluang juga batas itu akan terlewati dalam sebulan atau lebih dalam kurun waktu lima tahun tersebut. Para ilmuwan mengatakan studi ini bermakna tugas berat mengendalikan tingkat perubahan iklim.

Penilaian baru ini, yang dilakukan oleh Kantor Met untuk Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Inggris, mengatakan ada peluang yang semakin besar bahwa ambang 1,5 derajat Celcius ini akan dilanggar.

Para peneliti mengatakan suhu tahunan rata-rata Bumi sudah lebih dari 1 derajat Celcius lebih tinggi dari pada tahun 1850-an - dan angkanya mungkin akan tetap di sekitaran itu selama lima tahun ke depan.

Studi sebelumnya menyebutkan peluang melewati ambang 1,5C derajat Celcius adalah sekitar 10% - yang sekarang berlipat ganda dan meningkat seiring waktu.

Apa dampaknya bagi kita?

Getty Images
Eropa akan mengalami lebih banyak badai jika suhu meningkat.

Beberapa bagian dunia akan merasakan peningkatan suhu panas lebih dari yang lain, dan para ilmuwan mengatakan bahwa Arktik mungkin akan menghangat dua kali lipat dari rata-rata global tahun ini. Mereka juga memperkirakan bahwa selama lima tahun ke depan akan ada lebih banyak badai di Eropa Barat akibat kenaikan permukaan laut.

Studi itu mempertimbangkan variabilitas alami serta dampak emisi karbon dari aktivitas manusia - namun model itu tidak memperhitungkan penurunan emisi CO2 yang disebabkan oleh pandemi virus corona. WMO mengatakan penurunan emisi itu tidak mungkin mempengaruhi suhu pada awal 2020-an.

Getty Images
Kebakaran di hutan Siberia terjadi karena peningkatan suhu.

"WMO telah berulang kali menekankan bahwa perlambatan industri dan ekonomi akibat Covid-19 bukan merupakan pengganti tindakan iklim yang berkelanjutan dan terkoordinasi," kata Prof Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO.

"Karena CO2 yang bisa bertahan lama di atmosfer, dampak penurunan emisi tahun ini diperkirakan tidak akan menyebabkan pengurangan konsentrasi atmosfer CO2, yang mendorong kenaikan suhu global.

"Sementara Covid-19 telah menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi internasional yang parah, kegagalan untuk mengatasi perubahan iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia, ekosistem dan ekonomi selama berabad-abad. Pemerintah harus menggunakan kesempatan ini untuk melakukan aksi iklim sebagai bagian dari program pemulihan dan memastikan bahwa kita bertindak lebih baik, "katanya.

Jika ambang batas 1,5 derajat Celcius terlewati di tahun-tahun mendatang para ahli menekankan itu tidak berarti target tidak valid. Namun, sekali lagi, hal itu akan menggarisbawahi urgensi pengurangan emisi yang signifikan untuk mencegah dunia mengarah ke situasi yang berbahaya, di mana suhu menjadi lebih hangat.