LinkAja Gak Mau Umbar Cashback, Takut Ditinggal Pengguna

Uang Digital LinkAja
Sumber :
  • Twitter.com/@linkaja

VIVA – Layanan keuangan digital LinkAja mengaku, tidak akan mengikuti langkah kompetitor seperti GoPay dan Ovo yang memberi promo gila-gilaan untuk menarik pengguna. Menurut perusahaan, cara itu tidak akan membuat bisnis bertahan lama.

"Jika hanya mengandalkan cashback, kami hanya hadir sebagai pilihan. Ini bisa buat bisnis enggak bertahan lama," ujar Direktur Marketing LinkAja, Edward Kilian Suwignyo dalam konferensi virtual, dikutip Kamis 16 Juli 2020.

Edward tidak mau jika perusahaan tidak menyediakan promosi lagi, lalu masyarakat ramai-ramai meninggalkan LinkAja. Perusahaan mencoba memberi solusi, kebutuhan, keamanan serta kemudahan untuk penggunanya dalam satu platform digital.

Satu tahun sudah mereka menyediakan layanan digital untuk masyarakat, khususnya yang ada di kelas menengah dan Usaha Mikro, Kecil dan Menegah. Sinergi antara BUMN untuk bisa bersama-sama ciptakan layanan digital, memberi akses ke kelompok masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan.

Layanan yang mereka miliki juga bisa membantu negara dalam pemulihan ekonomi di masa pandemi virus COVID-19. Menurut Edward, kebutuhan masyarakat harus ditransformasi dalam bentuk digital.

"LinkAja fokusnya di keuangan. Ekosistem yang sudah kami bangun selama satu tahun ini sudah cukup luas, bahkan sudah jangkau transportasi umum. Masyarakat bisa gunakan layanan kami dengan sedikit kontak, meminimalisir penularan virus corona," katanya.

Di era normal baru, penting bagi seluruh lapisan masyarakat untuk tetap produktif, misalnya saja tidak ada lagi uang tunai di SPBU atau berkurangnya tarik tunai dan digantikan top up uang elektronik.

"Edukasi jadi hal penting. Bantu masyarakat untuk lebih memahami layanan keuangan digital. Jika hal ini terlalu lama diadopsi, kami akan semakin membuang-buang waktu, misalnya saja untuk membayar berbagai tagihan rumah. Tidak efektif untuk masa new normal," jelasnya.

Dalam satu tahun pencapaian mereka meliputi, memiliki lebih dari 49 juta pengguna yang terdaftar, mendigitalkan 466 pasar tradisional, ada 245 toko retail modern, 3.087 merchant SPBU, 234 ribu local merchant, dan hadir di 134 titik transportasi umum.