Adu Kuat AS dan China Bidang Teknologi

Ilustrasi perang dagang AS-China.
Sumber :
  • UK Investor Magazine

Amerika Serikat (AS) dan China diketahui memiliki perekonomian paling besar dan postur anggaran militer tergemuk di dunia. Namun, ketegangan teranyar antara AS dan Cina menciptakan risiko bagi kedua negara dan negara lain di dunia.

Baik China dan AS mengalami kerugian besar dalam perang cukai yang berkecamuk sejak 2018. Jika negosiasi dagang antara kedua negara menemui jalan buntu, dunia terancam terseret ke dalam perang dagang ketika ekonomi global menyusut akibat pandemi Virus Corona COVID-19.

Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar milik China, bahkan setelah Presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi berupa kenaikan tarif bagi sejumlah produk buatan China. Begitu pula sebaliknya.

China adalah pasar terbesar ketiga bagi eksportir AS. Salah satunya bidang teknologi. Sentra produksi China dan AS berkaitan erat untuk sektor telekomunikasi, komputer, peralatan medis dan teknologi lainnya.

Sejumlah perusahaan besar seperti Apple, Dell, Hewlett-Packard dan lainnya bergantung pada pabrik dari Cina untuk merakit produk-produk elektronik yang mereka kembangkan.

Pabrik-pabrik ini sebaliknya membutuhkan komponen komputer dari AS, Jepang, Taiwan, dan Uni Eropa untuk bisa beroperasi. Saat ini pemerintahan Donald Trump sedang giat menghadang raksasa teknologi China, Huawei, yang mencari akses terhadap komponen dan teknologi buatan AS.

Akan tetapi kebijakan tersebut terancam ikut berdampak pada perusahaan-perusahaan teknologi AS di Sillicon Valley, yang banyak mengerjakan pesanan dari Huawei.

Tak hanya itu. China juga merupakan pasar gemuk bagi produk-produk teknologi AS dan perlahan mulai menyaingi AS di bidang teknologi komunikasi, perlengkapan medis dan sektor lain.

Sebaliknya, China mengandalkan AS untuk menjual produk olahan bernilai tinggi, lantaran rendahnya minat atas komoditas tersebut di Asia atau Eropa.

Eskalasi risiko keamanan

Selain perang dagang, risiko paling dikhawatirkan dalam memburuknya hubungan AS dan Cina adalah perang bersenjata.

Saat ini Armada Pasifik AS masih merupakan kekuatan tanpa tanding di kawasan. Namun China saat ini sudah memiliki dua kapal induk dan serangkaian rudal berteknologi tinggi untuk menghalau ancaman serangan AS.

Ketegangan militer antara kedua negara berpusat di Laut China Selatan (LCS). Pada 2018, kedua negara bersitegang ketika sebuah kapal perusak China hampir bertabrakan dengan kapal Angkatan Laut AS, USS Decatur.

Insiden serupa juga terjadi pada 2001, saat jet tempur Cina terbang berdekatan dengan pesawat intai milik AS di Laut China Selatan. Selain LCS, Taiwan menjadi ladang konflik lain. Sejak 1995, Amerika Serikat terikat pada perjanjian dan UU Taiwan yang mewajibkannya melindungi negeri kepulauan itu dari aneksasi China.

Pekan lalu Kementerian Luar Negeri di Taipei mengeluhkan, jet tempur milik China terdeteksi terbang di dekat Taiwan setiap hari, lebih sering ketimbang sebelumnya.

AS sebaliknya menyetujui penjualan senjata berat kepada Taiwan dan meninggalkan sikap netral dalam konflik kedaulatan bilateral dengan menyatakan dukungan kepada klaim Taiwan. rzn/gtp (ap, fp, bloomberg)