Jauhi Ini kalau Masih Mau Tinggal di Bumi

Waspada cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jojon

VIVA – Emisi gas rumah kaca memang mengalami penurunan yang drastis selama pandemi Virus Corona COVID-19 karena adanya kebijakan lockdown di hampir seluruh negara. Tapi faktanya hal ini tidak berpengaruh sama perubahan iklim, kecuali masyarakat dunia mau menjauhi bahan bakar fosil.

Dikutip dari situs Space, Senin, 10 Agustus 2020, sejak Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendorong pemerintah di dunia melakukan lockdown atau penguncian wilayah, membatasi perjalanan, dan menutup pabrik serta bisnis. Ini semua untuk mengurangi penularan wabah.

Kemudian yang terjadi adalah satelit yang mengorbit Bumi menangkap adanya penurunan drastis emisi gas rumah kaca. Tapi, menurut studi University of Leeds, Inggris bahwa perubahan ini tidak akan mempengaruhi iklim Bumi.

Jika penguncian wilayah terus berlanjut hingga akhir 2021 maka suhu global hanya akan turun 0,01 derajat Celcius dari perkiraan pada 2030. "Tanpa perubahan yang struktural, maka kita tidak akan berhasil," kata ilmuwan Piers Foster.

Sebelumnya, ilmuwan telah mengidentifikasi kenaikan suhu 2 derajat Celcius. Beberapa negara kemudian menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat Celcius, namun menurut peneliti tujuan ini akan sulit dicapai.

"Jika boleh jujur. Dunia tidak akan mengalami dekarbonisasi pada tingkat 1,5 derajat Celcius. Namun jika kita bisa mendekati angka tersebut, maka akan membuat masa depan jauh lebih baik," jelas Piers.

Untuk melihat bagaimana penguncian wilayah atau lockdown mempengaruhi emisi gas rumah kaca, ia bersama ilmuwan lain menggunakan sumber data terbuka untuk menghitung tingkat emisi dari 10 gas rumah kaca dan polutan udara pada Februari hingga Juni 2020 di lebih dari 120 negara.

Selama empat bulan masa lockdown tersebut ilmuwan menemukan produksi polutan, termasuk karbondioksida dan nitrogen turun 10 hingga 30 persen. Namun penguncian wilayah masih bersifat sementara dan tidak jangka panjang, sehingga tidak akan ada dampak signifikan.

Perubahan yang lebih besar akan terjadi jika dilakukan pengurangan besar-besaran penggunaan bahan bakar fosil. Dengan demikian memiliki efek positif terhadap iklim dalam waktu yang lebih lama.