Menakjubkan, Gambar Matahari Bentuknya Mirip Popcorn

Gambar Matahari mirip popcorn.
Sumber :
  • Space.com

VIVA – Ilmuwan Jerman baru saja selesai meng-upgrade teleskop Matahari yang disebut Gregor di Teide Observatory di Kepulauan Canary. Hasilnya adalah kumpulan gambar baru yang spektakuler dari bintang di pusat Tata Surya itu. Salah satunya gambar Matahari yang bentuknya mirip popcorn.

"Ini adalah proyek yang sangat menarik juga sangat menantang. Hanya dalam satu tahun kami mendesain ulang sepenuhnya optik, mekanik, dan elektronik, untuk mencapai kualitas gambar terbaik," kata Lucia Kleint, ilmuwan di Leibniz Institute for Solar Physics di Freiburg, Jerman, seperti dikutip VIVA Tekno dari Livescience, Kamis, 10 September 2020.

Gregor mulai pengamatannya pada 2012, sebagai teleskop Matahari terbesar di Eropa dan proyek peningkatan dimulai enam tahun kemudian. Peningkatan tersebut termasuk pekerjaan pada optik teleskop dan sistem kontrol, pengecatan ulang observatorium untuk memantulkan lebih sedikit cahaya, dan menerapkan kebijakan penjadwalan baru untuk meningkatkan hasil observasi ilmiah.

Secara keseluruhan, teleskop Gregor sekarang memungkinkan para ilmuwan untuk menangkap fitur-fitur di Matahari yang hanya berjarak 30 mil atau 50 kilometer, demikian menurut pernyataan tersebut. Dan, karena aktivitas Matahari saat ini sedang meningkat sebagai titik minimum siklus Matahari 11 tahun saat ini berakhir maka akan ada banyak hal untuk dipelajari oleh Gregor.

"Proyek ini agak berisiko karena pemutakhiran teleskop semacam itu biasanya memakan waktu bertahun-tahun. Tapi kerja tim yang hebat dan perencanaan yang cermat telah menghasilkan keberhasilan ini. Sekarang kami memiliki alat (Gregor) yang ampuh untuk memecahkan teka-teki di Matahari," papar Kleint.

Peningkatan tersebut dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan pada 1 September 2020 di Jurnal Astronomy dan Astrophysics. Sebelumnya, sebuah bintang mati dekat Bima Sakti mengeluarkan senyawa campuran energi radio dan sinar-X pada 30 ribu tahun silam. Pada 28 April lalu senyawa tersebut menyapu Bumi, sehingga memicu alarm di observatorium seluruh dunia.