Canggihnya Teknologi Biometrik, BNPT dan BNN Saja Pakai

Ilustrasi serangan hacker atau siber.
Sumber :
  • Science News

VIVA – Biometrik merupakan karakteristik fisik atau perilaku manusia yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi secara digital. Biometrik terkait dengan akses ke sistem, perangkat, atau pun data. Beberapa pengidentifikasi biometrik adalah sidik jari, pola wajah, suara, dan irama pengetikan.

Lembaga penegak hukum di Indonesia seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia (BNPT) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) sudah menggunakan teknologi biometrik. Teknologi ini juga dapat memberikan tingkat kepercayaan yang wajar dalam mengotentikasi seseorang.

Baca: Bagaimana Pelaku Kejahatan Siber Bisa Tahu Nomor Ponsel Korban

Tak hanya itu, biometrik berpotensi meningkatkan keamanan perusahaan secara dramatis, di mana komputer dan perangkat dapat membuka kunci secara otomatis ketika mereka mendeteksi sidik jari pengguna yang disetujui.

Bicara teknologi biometrik tidak bisa lepas dari serangan siber. Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN mencatat, kasus percobaan pencurian data (data breach) periode Januari hingga Agustus 2020 mencapai 36.771 kasus, terutama pada sektor keuangan.

Serangan siber juga mengalami peningkatan lima kali lipat dari tahun lalu. Jumlah serangan siber sebanyak 39.330.231 kasus pada Januari hingga Agustus 2019, dan kini mencapai 189.937.542 kasus pada periode yang sama tahun ini.

Direktur PT Akurat Satu Indonesia, Christian Kurniawan, mengaku teknologi biometrik bisa menangkal serangan siber yang dilakukan para peretas atau hacker. Dengan begitu, ia berharap kejahatan di dunia digital bisa ditekan seminim mungkin.

"Sistem dan teknologi biometrik kami sudah ada sejak tahun 2011. Teknologi kami ini sudah terbukti dipakai oleh banyak lembaga negara, lembaga penegak hukum, serta perusahaan besar," kata dia, Jumat, 25 September 2020.

Sejumlah lembaga penegak hukum dan perusahaan yang sudah memakai teknologi biometrik milik PT Akurat Satu Indonesia antara lain Badan Narkotika Nasional (BNN), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia (BNPT), VeriJelas, serta ASLI.

"Tapi ternyata, ya, ibaratnya orang Indonesia tidak afdol rasanya kalau belum tersertifikasi oleh lembaga dunia. Akhirnya kami ajukanlah sertifikasi ke NIST di Amerika Serikat (AS)," tegasnya.

Tidak sia-sia. PT Akurat Satu Indonesia akhirnya lolos seleksi dan mendapatkan peringkat yang cukup tinggi atau masuk 25 besar untuk beberapa kategori pada 18 September lalu. The National Institute of Standards and Technology (NIST) merupakan lembaga standardisasi yang juga merupakan laboratorium ilmu sains tertua di negeri Paman Sam.

"Jadi, kalau ada perusahaan yang terdaftar dan mendapatkan peringkat dari NIST, itu artinya telah resmi diakui secara global bahwa produknya telah memenuhi standard internasional dan berkualitas tinggi," ungkap dia. Perusahaan teknologi biometrik lokal ini mengacu pada kategori Wild Photos False Non-Match Rate (FNMR) @FMR ≤ 0.00001.

Ini berarti hasil deteksi dari sistem facial recognition pada foto atau gambar digital yang dilakukan secara acak sangat akurat dalam mendeteksi wajah dengan berbagai macam kondisi di lapangan dan melalui beberapa skenario seperti etnik, gender, dan umur.

Facial recognition adalah metode verifikasi dan deteksi seseorang menggunakan gambar atau video wajah dalam bentuk digital. "Ini adalah pencapaian yang cukup membanggakan, mengingat saat ini jarang perusahaan atau pengembang (developer) asal Indonesia berhasil lolos seleksi NIST. Kami siap mencegah serangan siber yang kini marak terjadi," tutur Christian.