NATO Panas Lihat Amerika dengan China dan Rusia

NATO.
Sumber :
  • Atlantic Council

VIVA – NATO atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara panas melihat Amerika Serikat (AS), China dan Rusia. Karena, kedua negara tersebut sudah memiliki Angkatan Luar Angkasa beserta perlengkapan pendukungnya.

Oleh karena itu, mantan lawan Pakta Warsawa pada era Perang Dingin itu mau mendirikan pangkalan luar angkasanya yang berpusat di Ramstein, Jerman.

Rencana tersebut akan dibahas oleh 30 menteri pertahanan dari seluruh negara Eropa yang tergabung ke dalam NATO dalam sebuah pertemuan resmi pada Kamis, 22 Oktober mendatang.

Pangkalan Komando Utama Luar Angkasa itu tugasnya memantau dan melindungi satelit milik negara sahabat. Menurut laporan tersebut, pangkalan luar angkasa tersebut akan bergabung dengan Komando Tertinggi Angkatan Udara NATO di Ramstein, yang berfungsi sebagai pusat koordinasi untuk pengamatan luar angkasa.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berharap kepada seluruh menteri pertahanan menyetujui rencana tersebut sebelum pertemuan dilakukan pada Kamis besok. Ia juga mengingatkan adanya ancaman terhadap militerisasi ruang angkasa, sebagai tindak lanjut komentar yang serupa pada akhir tahun lalu.

"Sistem satelit membuat dunia kita tetap berjalan dengan cara yang hampir tidak disadari oleh banyak orang. Perdagangan, prakiraan cuaca, telepon seluler, dan perbankan semuanya bergantung pada satelit. Ruang angkasa juga penting bagi NATO, termasuk untuk kemampuan kita menavigasi, mengumpulkan intelijen, untuk berkomunikasi dan untuk mendeteksi peluncuran rudal," tegas dia, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Selasa, 20 Oktober 2020.

Ia melanjutkan adalah menjadi penting bagi NATO untuk memiliki kesadaran yang baik tentang apa yang terjadi di luar angkasa. "Bahwa kami terus memiliki akses yang dapat diandalkan ke layanan luar angkasa dan bahwa aliansi ini (NATO) siap mempertahankan keunggulan teknologinya, "kata Stoltenberg, seraya menegaskan.

Pangkalan Komando Utama Luar Angkasa NATO akan mengumpulkan informasi tentang kemungkinan ancaman terhadap satelit mereka. Kemungkinan juga pusat antariksa akan dikembangkan lebih lanjut menjadi pusat komando untuk tindakan defensif.

"Komunikasi satelit yang cepat, efektif, dan aman sangat penting bagi pasukan kami. Lingkungan luar angkasa telah berubah secara fundamental dalam dekade terakhir. Luar angkasa menjadi lebih ramai dan kompetitif dengan ratusan satelit baru yang ditambahkan setiap tahunnya," jelas dia.

Stoltneberg secara terang-terangan menyebut Rusia dan China sedang mengembangkan sistem antisatelit yang bisa dapat membutakan, menonaktifkan bahkan menembak jatuh satelit lain sehingga membuat puing-puing berbahaya di orbit.

Karena ketergantungan hariannya pada satelit meningkat maka kekhawatiran atas serangan terhadap satelit ikut meningkat juga. Serangan terhadap satelit tertentu dapat menyebabkan kerusakan yang cukup parah di darat, melumpuhkan jaringan komunikasi, dan infrastruktur penting lainnya.

Tak hanya itu, pasukan militer juga bergantung pada satelit untuk Komando Kendali, Komunikasi, dan Komputerisasi Informasi (K4I). NATO juga ingin menerapkan prinsip bahwa satu negara diserang maka hal itu sama saja menyerang negara lain juga ikut diterapkan di luar angkasa.

Sekitar 2.400 satelit mengorbit Bumi, di mana 60 persennya milik 30 negara atau perusahaan NATO. Ancaman tidak hanya datang dari China maupun Rusia, tetapi juga sekitar setengah juta kepingan sampah luar angkasa.

Tidak hanya Amerika Serikat (AS) China dan Rusia, India juga telah mengembangkan kemampuan luar angkasa mereka dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, Rusia dan India sama-sama telah melakukan berbagai tes untuk peluncuran roket antisatelit ke luar angkasa.