Bos Telkom Milenial Jelaskan Beda Startup Dahulu dan Sekarang

Direktur Telkom Fajrin Rasyid.
Sumber :
  • Dok. VIVA/ Misrohatun

VIVA – Saat ini ekosistem perusahaan rintisan atau startup berbeda dengan sepuluh tahun silam. Salah satunya dilihat dari sisi teknologi. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Bisnis Digital PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom, Fajrin Rasyid.

"Kalau dari segi teknologi, saat ini sudah banyak (startup) menggunakan pendekatan mobile apps," ungkapnya, Rabu, 21 Oktober 2020. Ia pun mengingatkan kepada seluruh pendiri startup bahwa sudah saatnya membuat pendekatan yang mobile friendly.

Baca: Mantan Bos Bukalapak Bicara soal Telkom dan Netflix

"Kalau sekarang eranya mobile. Nah, 10 tahun lagi belum tentu. Bisa saja eranya smartwatch atau lain-lain. Jadi, kita harus selalu bisa adaptasi dengan teknologi," kata mantan Presiden Bukalapak, berkelakar.

Fajrin melanjutkan, perbedaan lainnya adalah saat ini lebih banyak hadir program inkubasi untuk startup di Indonesia. Menurutnya kesempatan tersebut menjadi momentum bagi pelaku perusahaan rintisan karena mendapat dukungan.

"Jadi, siapa saja yang ingin membuat startup, sekarang ini banyak sekali hal-hal yang dapat mendukung teman-teman," paparnya.

Ia menjelaskan salah satu program pendukung itu adalah yang dimiliki Telkom bernama Indigo Creative Nation. Merupakan program inkubasi startup dari nurturing creativity sampai Follow-on-Funding.

Indigo sudah dilaksanakan sejak 2013 dan kali ini hadir kembali dalam Indigo Batch 2-2020. Registrasi sudah dibuka dari 1 Oktober lalu, dan memiliki penawaran pendaratan hingga Rp2 miliar bagi tiap startup yang berhasil melalui proses seleksi dan inkubasi di bawah naungan Telkom.

Sementara itu, melihat dampak pandemi COVID-19, menurutnya menjadi meningkatkan digitalisasi dan orang lebih banyak menggunakan internet. Hal ini menurut Fajrin juga harus dilihat sebagai peluang apa yang bisa jadi potensi ke depannya.

"Apapun peluang bisnis startup yang ada di sini, ya, barangkali bisa jadi potensi ke depan. Makanya, salah satunya kita memandang startup yang bergerak di bidang teknologi kesehatan (health tech) akan jadi satu potensial," tutur Fajrin.