Gak Punya Ponsel dan Minim Akses Internet Penghambat Sekolah Online
- Dok. Istimewa
VIVA – Di tengah situasi dan kondisi pandemi COVID-19, sekolah dan para siswa-siswi mengalami sejumlah hambatan dalam melangsungkan proses pembelajaran jarak jauh (sekolah online). Sejumlah hambatan antara lain fasilitas multimedia bagi staf pengajar dan murid, di mana sarana komunikasi murid yang belum memadai.
Hal tersebut karena para orangtua mereka mayoritas bekerja sebagai petani sehingga kepemilikan smartphone atau ponsel pintar tidak 100 persen dipegang oleh para siswa-siswi. Hambatan lainnya adalah medan geografis sekolah dan letak rumah siswa-siswi yang di daerah perbukitan sehingga menyebabkan minimnya akses internet.
Baca: Sekolah dari Rumah Bisa Pakai Android TV
Salah satu sekolah yang mengalami kesulitan itu adalah SD Kanisius Kenalan, yang berlokasi di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di sekolah ini pula, seorang guru bernama Henricus Suroto pernah ramai diperbincangkan.
Karena, dirinya berinisiatif beberapa kali memberikan kelas dengan mendatangi rumah para siswa-siswi di perbukitan Menoreh yang terkendala jaringan internet dan tak memiliki ponsel untuk sekolah online dari rumah akibat pandemi COVID-19.
Namanya pun ramai diperbincangkan sampai ke media internasional seperti Reuters, Straits Times, dan CNN Network. “Ini bukan cuma tanggung jawab Pak Henricus atau Kanisius Kenalan, tapi siapa pun yang berkesempatan," kata Corporate Communications Director Gushcloud Indonesia, Edo Oktorano Erhan, Jumat, 19 Februari 2021.
Ia juga menilai perlu dilakukan tindakan konkret sebagai dukungan tanggung jawab dengan mengajak rekan-rekan seperti Bakti Nusantara, The Good Exchange, dan content creator atau pembuat konten yang punya ketertarikan yang sama tentang dunia pendidikan.
Sejalan dengan inisiatif memajukan kesejahteraan masyarakat di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), maka dicetuskanlah 'Kanisius Kenalan Project' menjadi salah satu agenda utama di tahun ini.
Menurutnya, sekolah yang telah berumur 91 tahun itu kini tetap berdiri meski dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Sebab, hanya diisi oleh 68 siswa-siswi yang menempati 6 ruang kelas serta didukung oleh 9 staf pengajar termasuk kepala sekolah, guru, dan petugas kebersihan.
Edo menuturkan bahwa Kanisius Kenalan Project adalah proyek tanggung jawab sosial antara Gushcloud bersama Yayasan Tunas Bakti Nusantara dan The Good Exchange, yang akan menjadi penghubung SD Kanisius Kenalan demi menjangkau pihak luar untuk membangun kesadaran dan kepedulian mereka berdasarkan peran dan keahlian masing-masing.
Beberapa area dan penting yang disorot di dalam program ini dalam periode enam bulan pertama. Selama program berlangsung, mereka akan menyalurkan donasi dari para donatur untuk memfasilitasi sekolah online selama pandemi COVID-19.
Kemudian, melaksanakan renovasi infrastruktur sekolah serta mengisi kelas inspiratif bersama content creator. "Selain itu program ini juga akan memberikan bantuan sarana pendukung pendidikan penunjang seperti multimedia (laptop/ponsel dan paket data internet) serta kebutuhan logistik lainnya," ungkap Edo.