Mars Itu Lubang Neraka, Nyawa Manusia Melayang dalam 60 Detik

Ilustrasi lubang neraka.
Sumber :
  • Atlas Obscura

VIVA – Pendiri SpaceX Elon Musk memiliki mimpi yang sangat tinggi. Ia berambisi mengirim manusia dan membangun peradaban baru di Mars. Tapi sepertinya hal itu tidak akan mudah karena Mars bukanlah Bumi, kendati planet merah itu merupakan tetangga langsung Bumi sekalipun.

Faktanya, satu-satunya kesamaan yang dimiliki Mars dan Bumi adalah keduanya merupakan planet berbatu dengan beberapa air es, menurut situs The Atlantic, Senin, 1 Maret 2021. Planet merah itu memiliki atmosfer yang sangat tipis dan tidak punya medan magnet untuk melindungi permukaannya dari radiasi Matahari atau sinar kosmik galaksi.

Bukan itu saja. Mars juga tidak memiliki udara untuk bernapas dan suhu permukaan rata-ratanya 80 derajat Celcius di bawah nol yang mematikan. Dari semua definisi ini kalau Mars digambarkan sebagai lubang neraka.

Supaya manusia bisa tinggal di sana mereka perlu membangun terowongan dan tinggal di bawah tanah. Berjalan tanpa baju luar angkasa untuk keamanan dan keselamatan, serta memungkinkan terjadinya kematian yang sangat menyakitkan hanya dalam waktu 60 detik.

Menjelajahi Mars memang akan menjadi pengalaman yang mengubah hidup, menakjubkan, dan memberi kesan mendalam. Tetapi mengunjunginya sebagai bukti teknologi atau untuk memperluas batas kemungkinan manusia. Artinya, Mars akan membunuhmu, cepat atau lambat.

Dalam sebuah video, Elon Musk terlihat membaca salah satu bagian dari buku Carl Sagan 'Pale Blue Dot'. Buku yang diterbitkan pada 1994 itu berisi tanggapan Sagan terhadap citra Bumi yang terkenal sebagai setitik kecil cahaya yang mengapung di sinar Matahari.

Baik Elon Musk dan Carl Sagan sama-sama berasal dari Bumi. Tapi mereka seperti berasal dari dunia yang berbeda. Keduanya menunjukkan pengabdiannya pada ruang angkasa, sehingga memiliki keinginan kuat untuk pergi ke Mars, namun dengan tujuan yang berbeda pula.

Sagan menginspirasi generasi penulis, ilmuwan, dan insinyur untuk mengejar impiannya. Setiap orang yang mereferensikan Sagan sebagai alasan mereka berada di bidang yang saat ini dijalaninya merasa beruntung menjadi seorang manusia dan mengagumi keberuntunganya serta tumbuh dan berevolusi di planet yang indah dan langka ini.

Sementara Elon Musk memberi pengaruh yang berbeda kepada setiap generasi. Ia mengandalkan mimpi dan eksplorasi untuk membungkus paket hak, keserakahan, dan ego. Ia tidak menyertakan penemuan ilmiah, tidak ingin memahami apa yang membuat Bumi begitu berbeda dari Mars sampai bagaimana manusia semua bisa cocok dan berhubungan.