Haruskah Nyamuk di Seluruh Dunia Dimusnahkan?
- Pixabay
VIVA – Sepanjang sejarah manusia, perang, pertempuran, dan konflik diperkirakan mengakibatkan kematian sekitar 1 miliar orang. Tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah manusia yang dibunuh oleh nyamuk.
Jurnal Nature menunjukkan bahwa hampir setengah dari semua manusia yang hidup selama 50 ribu tahun mati karena serangga mungil ini akibat kemampuannya untuk menularkan satu penyakit tertentu, yakni malaria.
Nyamuk adalah pusat penyebaran malaria serta virus seperti Zika, West Nile, dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Nyamuk Anopheles gambiae yang umum di bagian pedesaan Afrika sering dijuluki sebagai spesies hewan paling berbahaya di Bumi, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 2020.
Jadi, mengingat nyamuk sangat mematikan, haruskah kita memusnahkannya di seluruh dunia? Dan, jika kita mengambil tindakan drastis seperti itu, apa konsekuensinya?
"Ada sekitar 3.500 spesies nyamuk, tetapi hanya sekitar 100 yang berpotensi menggigit dan menyebarkan penyakit ke manusia," ujar Steven Sinkins, seorang profesor mikrobiologi dan kedokteran tropis di Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow, Skotlandia.
Misalnya, Nyamuk Culiseta sering menggigit manusia, namun tidak membawa penyakit yang melemahkan.
Sementara Toxorhynchites yang umum di seluruh dunia dan cenderung hidup di hutan lebih menyukai gula nektar daripada darah. Oleh karena itu mungkin tidak perlu menyingkirkan semua spesies nyamuk, tapi sebaliknya.
"Kita bisa menargetkan (membasmi nyamuk) yang lebih bermasalah, seperti Aedes aegypti yang membawa penyakit seperti demam kuning dan Zika. Aedes aegypti sekarang ada di mana-mana," jelas dia.
Spesies ini pertama kali menyebar keluar dari Afrika selama perdagangan budak antara abad ke-15 dan 19, melalui perdagangan dengan Asia pada abad ke-18 dan 19, serta melalui pergerakan pasukan selama Perang Dunia II, menurut World Mosquito Program.
Nyamuk lainnya yang juga berbahaya bagi manusia termasuk jenis Anopheles dan Culex karena membawa sejumlah penyakit, termasuk malaria, DBD, demam West Nile, demam kuning, Zika, chikungunya dan filariasis limfatik, menurut Understanding Animal Research.
Filariasis limfatik sering disebut dengan penyakit kaki gajah yang dapat menyebabkan pembengkakan menyakitkan pada sistem getah bening, terutama di kaki, lengan atau alat kelamin, seperti dilansir dari laman Live Science, Senin, 28 Februari 2022.
Jika manusia memutuskan untuk secara selektif menghilangkan nyamuk pembawa penyakit maka ada beberapa pilihan. Salah satu solusinya adalah melepaskan nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia.
Menurut Sinkins dan tim ilmuwan, langkah ini merupakan strategi yang telah digunakan untuk mengendalikan penyebaran DBD dengan melibatkan pengembangbiakan nyamuk sehingga mereka membawa Wolbachia yang tidak berbahaya bagi manusia dan kemudian menempatkan mereka di daerah rawan penyakit.
Pada nyamuk seperti Aedes aegypti yang membawa Wolbachia, bakteri tersebut mempersulit virus untuk berkembang biak. Akibatnya, kecil kemungkinan nyamuk pembawa Wolbachia akan menyebarkan virus berbahaya kepada orang yang digigitnya untuk menghisap darah.