Ilmuwan Selidiki Fenomena Misterius Deja Vu

Ilustrasi deja vu.
Sumber :
  • University of Adelaide

VIVA Tekno – Pernahkah Anda memiliki perasaan aneh ketika mengalami situasi yang sama persis sebelumnya? Kadang-kadang ini bisa tampak seperti Anda menghidupkan kembali sesuatu yang sudah terjadi. 

Fenomena ini dikenal sebagai deja vu yang telah membingungkan para filsuf, ahli saraf hingga ilmuwan untuk waktu yang sangat lama, menurut laman Science Alert, Kamis, 6 Oktober 2022.

Dimulai pada akhir 1800-an, banyak teori mulai muncul mengenai apa yang mungkin menyebabkan deja vu, yang mempunyai arti 'sudah terlihat' dalam bahasa Prancis.

Orang mengira mungkin itu berasal dari disfungsi mental atau mungkin sejenis masalah otak atau mungkin itu adalah gangguan sementara dalam operasi normal ingatan manusia.

Pada awal milenium ini, seorang ilmuwan bernama Alan Brown memutuskan untuk meninjau semua yang telah ditulis peneliti tentang deja vu.

Beberapa hal yang dia temukan terkait dengan hal-hal supernatural seperti kehidupan masa lalu atau kemampuan psikis. Dia juga menemukan penelitian yang mensurvei orang-orang dengan pengalaman deja vu.

Dari semua makalah ini, Brown dapat mengumpulkan beberapa temuan dasar tentang fenomena deja vu. Diperkirakan ada dua pertiga orang mengalami deja vu di beberapa titik dalam hidup mereka.

Pria melamun.

Photo :
  • U-Report

Dia menemukan bahwa pemicu yang paling umum adalah adegan atau tempat dan percakapan. Brown juga melaporkan petunjuk sepanjang satu abad atau literatur medis tentang kemungkinan hubungan antara deja vu dan beberapa jenis aktivitas kejang di otak.

Ulasan Brown membawa topik deja vu ke ranah sains yang lebih mainstream karena muncul dalam jurnal ilmiah yang cenderung dibaca oleh para ilmuwan yang mempelajari kognisi. Karyanya berfungsi sebagai katalis bagi para ilmuwan untuk merancang eksperimen untuk menyelidiki deja vu.

Anne Cleary dari Colorado State University mulai melakukan eksperimen yang bertujuan menguji hipotesis tentang kemungkinan mekanisme deja vu.

"Kami menyelidiki hipotesis hampir seabad yang menyarankan deja vu dapat terjadi ketika ada kemiripan spasial antara adegan saat ini dan adegan yang tidak diingat dalam ingatan Anda. Psikolog menyebut ini hipotesis keakraban Gestalt," ujarnya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap deja vu dapat berupa kemiripan spasial dari adegan baru dengan adegan dalam memori yang gagal untuk secara sadar dipanggil ke pikiran saat ini.

Namun, bukan berarti kemiripan spasial menjadi satu-satunya penyebab. Banyak faktor dapat berkontribusi pada apa yang membuat suatu adegan atau situasi terasa akrab. Lebih banyak penelitian sedang dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan faktor tambahan yang berperan dalam fenomena misterius ini.