Bersih-bersih Pulau Pramuka dari Sampah
- Pulau-seribu.com
VIVA Tekno – Hari Nusantara berawal dari peristiwa Deklarasi Juanda pada 13 Desember 1957, sebagai pernyataan resmi kepada dunia bahwa laut dan kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah Republik Indonesia.
Namun, pada 13 Desember 1999, baru dicetuskan bahwa tanggal dan bulan tersebut sebagai Hari Nusantara, dan ditetapkan oleh Presiden ke-6 Megawati Soekarnoputri pada 11 Desember 2001 melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 2001.
Peringatan Hari Nusantara menjadi alasan Garmin melakukan bersih-bersih pantai di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Dalam kegiatan ini, produsen smartwatch 'anak lari' itu menggandeng Divers Clean Action (DCA) dan Mortier – spesialis handmade kreasi dekorasi rumah dari sampah plastik – untuk mengumpulkan, memilah, dan mengolah sampah.
Menurut Marketing Communication Manager Garmin Indonesia Rian Krisna, sampah yang paling sering ditemui di pantai hingga ke dalam laut adalah limbah jaring ikan, yang dapat bertahan hingga ratusan tahun dan berpotensi membahayakan ekosistem laut.
Lantas, apa kaitan antara limbah jaring ikan dengan smartwatch Garmin? "Nah, limbah jaring ikan ini menjadi bahan atau material yang didaur ulang untuk smartwatch Garmin Descent G1 Solar Ocean Edition," kata dia, kala berbincang dengan VIVA Tekno dan sejumlah media di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, beberapa waktu lalu.
Divers Clean Action (DCA) membantu dalam hal pengumpulan dan pemilahan sampah. Selain di bibir pantai, Garmin dan DCA juga melepas sembilan penyelam untuk membersihkan sampah di lautan.
Setelah satu jam pengumpulan sampah, sembilan penyelam yang membersihkan bawah laut berhasil mengumpulkan sampah seberat 22,4 kilogram.
"Sampah-sampah ini terdiri dari plastik daur ulang, plastik sekali pakai, kertas, karet, tekstil, kayu, logam, kaca, keramik, dan sampah B3," kata Michael F Tefa, representatif dari Divers Clean Action.
Sampah yang dapat didaur ulang kemudian diserahkan kepada Mortier untuk kemudian diolah menjadi barang yang dapat digunakan. Di sini, Mortier mengubah bahan flexy yang menyerupai terpal dengan ketebalan 240-340 gram menjadi sebuah tote bag.
"Bahan flexy ini berasal dari backdrop acara Garmin yang sudah tidak terpakai lagi," ungkap Rian Krisna. Sementara sampah lainnya diberikan ke PJLP Lingkungan Hidup Pulau Pramuka untuk dikelola sesuai jenisnya.