Rela Jual TikTok demi Jadi Bucin Amerika Serikat

Aplikasi TikTok, salah satu anak usaha Bytedance Technology.
Sumber :
  • Yicai Global

VIVA – Istilah bucin atau budak cinta bukan hanya terjadi pada manusia, tapi raksasa teknologi sekelas ByteDance Technology. Karena terus-menerus dituding Amerika Serikat (AS) menjual data pribadi pengguna ke pemerintah China, ByteDance ingin menjual saham TikTok ke investor negeri Paman Sam.

Jika langkah ini benar-benar dilakukan, maka TikTok menjadi tumbal ByteDance Technology demi Amerika Serikat. Benar-benar bucin, ya guys! Selain itu, apabila kesepakatan penjualan tak bisa didapat, ByteDance akan mendalami opsi penjualan operasi TikTok di AS.

Nantinya, tim operasional TikTok akan terpisah dari induk usahanya di China. Mengutip situs South China Morning Post, Jumat, 31 Juli 2020, beberapa investor ByteDance ngebet mau ambil alih TikTok dengan nilai valuasi US$50 miliar (Rp720 triliun), angka yang jauh lebih besar daripada Snap, anak usaha Snapchat.

Bukan tanpa alasan mengapa investor berani mengeluarkan uang sebesar itu. Mereka melihat pertumbuhan TikTok yang jauh lebih cepat. TikTok mampu menghimpun uang dari pengiklan dalam waktu singkat. Bahkan pendapatannya sebesar Rp14,6 triliun diperkirakan melonjak hingga Rp87,8 triliun pada 2021.

Sebagai informasi, ByteDance Technology ingin menjual TikTok agar anggota parlemen AS tak lagi mempermasalahkan operasional perusahaannya di negeri Paman Sam. AS selalu memandang negatif ke sejumlah perusahaan teknologi asal China sebagai mata-mata Beijing.

Bukan hanya itu saja. TikTok juga menyebut Facebook sudah mengambil mentah-mentah produknya. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Eksekutif TikTok, Kevin Mayer dalam unggahan di blog resmi perusahaan. Ia menuliskan jika Tiktok sangat terbuka dengan kompetisi. Menurutnya persaingan adil membuat semua orang menjadi lebih baik.

"Bagi mereka yang ingin meluncurkan produk kompetitif, kami katakan bawa saja. Facebook bahkan meluncurkan produk tiruan lain, Reels (yang terhubung dengan Instagram), setelah tiruan lainnya Lasso gagal dengan cepat," tulis Mayer, dikutip VIVA Tekno dari blog resmi TikTok.

Namun dirinya menegaskan lebih baik mendukung persaingan yang adil dan terbuka. Itu semua adalah bagian dalam melayani seluruh konsumen. Mayer kembali menyebut Facebook dengan menyebutkan sebagai serangan dari pesaing yang siap menutup jalan TikTok di AS.

"Daripada melakukan serangan fitnah dari kompetitor kami, yaitu Facebook, yang menyamar sebagai patriotisme dan merancang untuk mengakhiri kehadiran kami di Amerika Serikat," kata Mayer.