ShopeePay Kalahkan Gopay dan Ovo, Link Aja Paling Bontot

Ilustrasi dompet digital.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Ipsos baru saja merilis hasil survei terbaru mengenai dompet digital atau e-wallet di Indonesia. Salah satu hasilnya adalah ShopeePay menjadi merek atau brand paling memberikan kemudahan dalam penggunaan aplikasi termasuk saat top-up saldo. Survei dilakukan sepanjang Oktober 2020 kepada 1.000 responden berusia 18 hingga 55 tahun.

Responden diharuskan menggunakan e-commerce dalam dua tahun ke belakang. Associate Project Director Ipsos Indonesia, Indah Tanip, menyatakan jika brand awareness dari tiga besar e-wallet di Indonesia, yaitu Gopay, Ovo dan ShopeePay.

Dalam tiga bulan terakhir, Ipsos mencatat penggunaan aplikasi ShopeePay mengungguli sebanyak 28 persen. Disusul Ovo 27 persen, Gopay 21 persen, Dana 15 persen, dan Link Aja 9 persen.

"Untuk transaksi dalam tiga bulan terakhir, ShopeePay masih unggul sebesar 29 persen, kemudian ada Ovo menguntit dengan 27 persen. Memang keduanya ini saling susul-susulan," kata dia, Rabu, 4 November 2020. Selanjutnya, peringkat ketiga ada Gopay dengan 21 persen, Dana 14 persen, dan Link Aja yang sebanyak 8 persen.

Ipsos juga mencatat secara total frekuensi penggunaan masing-masing e-wallet atau dompet digital. Hasilnya pun sama. ShopeePay masih mengungguli pesaingnya dengan 32 persen, lalu ada Ovo (25 persen), Gopay (21 persen), Dana (14 persen), dan Link Aja (8 persen).

Selain itu juga ada penilaian soal kemudahan pengguna dalam menggunakan aplikasi dan membuat mereka memilih platform e-wallet. Menurut hasil survei, ShopeePay memiliki nilai tertinggi, yakni 85 persen, Ovo memiliki 80 persen, dan Gopay sedikit di bawahnya 79 persen.

Dua sisanya adalah Dana dengan 77 persen dan Link Aja mengantongi nilai persentase 74 persen. ShopeePay juga unggul soal kemudahan isi ulang saldo memiliki presentasi 84 persen. Peringkat dua ada Gopay 77 persen, mengekor di belakangnya ada Dana (76 persen), Ovo (75 persen), dan Link Aja (72 persen).

Bukan hanya itu. Indah menyebut pengguna dompet digital (e-wallet) di Indonesia akan menyentuh angka 76 juta pada 2023. Ia mengungkapkan jika banyak orang yang akhirnya mengadopsi metode cashless, khususnya saat pandemi COVID-19, di mana ada pergantian cara orang membayar dari uang fisik ke e-wallet.

Lebih lanjut Indah mencatat saat pertama kali e-wallet hadir topik yang dihadirkan adalah mengenai kemudahan. Untuk menarik perhatian masyarakat, perusahaan penyedia layanan dompet digital ini menggunakan promo. "Kemudian, mungkin mereka (player) pakai promo menarik perhatian untuk switch dari uang fisik sampai ke cashless," ujarnya.

Tapi pada akhirnya para pemain berpikir apakah promo masih efektif untuk menarik perhatian. Menurutnya ada hal lain yang membantu perkembangan industri selain menyediakan metode diskon tersebut, yakni loyalitas pengguna. Untuk mempertahankan loyalitas, Indah menyatakan jika pemain melakukan banyak komunikasi untuk pengguna.

Misalnya saja cara mengakses aplikasi. Menurutnya, promo atau yang dikenal sebagai bakar uang juga bukan lagi untuk menarik perhatian calon pengguna baru. Namun untuk mempertahankan loyalitas pelanggan yang sudah ada.

"Promo itu penting. Tapi kepuasan pelanggan tidak hanya dari adanya promo. Misalnya kemudahan menggunakan. Bakar uang bisa digunakan tapi bukan jadi prioritas utama," kata Indah, menegaskan.