Belanja Online Didominasi Generasi Milenial dan Z

Ilustrasi milenial.
Sumber :
  • potentia.co.nz

VIVA – Tren belanja online saat ini sangat besar peminatnya. Atas nama kepraktisan, masyarakat cukup membuka aplikasi pilih yang diinginkan dan bayar. Mereka tidak perlu repot-repot ke pusat perbelanjaan atau mal untuk membeli apa yang diinginkan.

Bicara belanja online, baru-baru ini sebuah riset yang dilakukan oleh startup fintech Kredivo, yang dikutip Selasa, 11 Agustus 2020, bahwa jumlah dan nilai transaksi e-commerce Indonesia saat ini Jumlah dan nilai transaksi e-commerce Indonesia saat ini terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Wilayah tersebut DKI Jakarta sebesar 32 persen, Tangerang (Kabupaten dan Kota) 13 persen, Bekasi 10 persen, Bogor dan Bandung 8 persen, serta Depok dan Surabaya 4 persen.

Salah satu penyebabnya tingginya belanja online di Pulau Jawa dapat terlihat dari pendapatan konsumennya yang umumnya lebih tinggi.

Selain itu, kondisi infrastruktur dan layanan logistik yang semakin baik membuat transaksi e-commerce di Pulau Jawa lebih dinamis. Kondisi ini menunjukkan masih besarnya potensi e-commerce yang dapat dikembangkan di luar Pulau Jawa.

Apalagi, penetrasi internet untuk mendukung ekosistem e-commerce juga terus mengalami kemajuan dalam satu dekade terakhir. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sebanyak 69 persen penduduk Indonesia sudah terhubung dengan internet pada 2018.

Dalam survei itu juga diketahui bahwa Generasi Milenial dan Z mendominasi transaksi e-commerce. Dari data sebanyak 85 persen transaksi e-commerce saat ini berasal dari konsumen dengan rentang usia 18-35 tahun.

Dominasi Generasi Milenial dan Z dikarenakan kelompok ini tumbuh bersama kemajuan teknologi internet, serta familiar dengan sistem pembelian dan pembayaran digital.

Riset APJII juga menyebutkan bahwa pengguna internet didominasi oleh generasi muda tersebut; penetrasi internet usia 15-19 tahun mencapai 91 persen, diikuti usia 20-24 tahun (88,5 persen), dan 25-29 tahun (82,7 persen).

Di samping itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa generasi umur 18-35 tahun memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Menariknya, jumlah transaksi konsumen di tiap kelompok umur tidak berbeda jauh, yakni 17-20 kali dalam setahun.

Dari rasio rata-rata nilai transaksi konsumen terhadap rata-rata pendapatan dalam satu bulan, rentang usia 18-35 tahun mengalokasikan 4,7-5,1 persen dari pendapatannya untuk belanja online.

Sementara itu konsumen berusia di atas 35 tahun membelanjakan 3,6-4,3 persen dari pendapatannya per bulan. Konsumen cenderung berbelanja sekali dalam sebulan di e-commerce.

Namun, proporsi yang berbelanja sebanyak dua kali atau lebih di kelompok umur 18-45 tahun lebih besar dibanding konsumen di atas 45 tahun.

Begitu pula proporsi kelompok konsumen berpendapatan lebih rendah, lebih banyak yang berbelanja lebih dari dua kali dalam satu bulan dibandingkan kelompok berpendapatan tinggi.

Konsumen yang berbelanja 2 kali atau lebih per bulan, mayoritas melakukannya di marketplace yang berbeda. Ini terutama terjadi pada mereka yang berusia di atas 25 tahun dan berpendapatan di atas 5 juta.

Hal ini dapat didorong oleh kebutuhan yang lebih beragam, sehingga perlu dipenuhi dengan pembelian di berbagai marketplace atau sensitivitas konsumen terhadap harga.

Sementara itu, proporsi yang berbelanja hanya di satu marketplace lebih besar pada kelompok konsumen berumur 18-25 tahun, juga pada kelompok konsumen berpendapatan Rp3-5 juta.