Gara-gara Bully, Pendiri Ask.fm Berencana Tutup Layanan
Senin, 9 Februari 2015 - 17:16 WIB
Sumber :
- BBC
VIVA.co.id
- Sejak 2013, situasi semakin sulit bagi Ask.fm. Bahkan pendirinya berniat untuk menutup layanan yang banyak digunakan oleh para anak muda itu.
Ask.fm mulai mendapat banyak kecaman sejak platform tersebut dijadikan sebagai media bully. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban bully di Ask.fm yang berakhir dengan bunuh diri. Layanan itu juga kerap dijadikan media rekrutmen oleh kelompok Islam radikal, ISIS.
Tidak heran jika bully sangat menjamur di Ask.fm karena jejaring sosial itu tidak harus memberikan identitas asli bagi para penggunanya. Bahkan penggunanya kerap tak bernama atau anonim.
Ini merupakan tantangan bagi nama besar perusahaan yang menaunginya, Ask.com. Bahkan ketika ditanya mengenai kemungkinan apa yang akan dilakukan manajemen terhadap Ask.fm, CEO Ask.com mengatakan adanya potensi untuk menutup layanan ini.
"Jawabannya, iya. Kami memang berencana untuk menutupnya dan itu merupakan opsi yang cukup signifikan yang bisa kami ambil. Kami berpendapat, akan ada bisnis yang bagus selama kita bisa membuat layanan yang lebih aman," ujar Doug Leeds, CEO Ask.com, seperti dikutip melalui
BBC
, Senin 9 Februari 2015.
Sebelum melakukan rencananya itu, Ask.fm mencoba tahap rekonsiliasi dengan membuat layanan yang aman untuk anak muda, dan juga bisa digunakan oleh orang tua dan polisi. Manajemen ingin membuat penggunanya tetap aman dan nyaman.
Di dalamnya ada berbagai macam tip untuk berinteraksi di dunia maya secara aman dan pintar, ada juga saran untuk menghadapi cyber bully, termasuk penjelasan untuk menghadapi kondisi-kondisi tertentu. Ask.fm juga memastikan bahwa mereka bisa memberikan data-data pengguna ke pihak kepolisian untuk melindungi pengguna lainnya.
"Sejak kami membeli perusahaan ini, kami telah memiliki misi 'anonim yang bertanggung jawab. Ada banyak keuntungan di sini, dan pengguna pun setuju untuk tetap anonim," kata Leeds.
Baca Juga :
Ask.fm mengaku banyak penggunanya yang berkurang sejak adanya publikasi negatif. Namun Leeds menganggap hal ini wajar karena di dunia jejaring sosial, perusahaan baru datang dan pergi setiap harinya.