Kenali Level Status Gunung Berapi di Indonesia
- VIVA/ Yandi Deslatama.
VIVA – Gunung Anak Krakatau yang berada di perairan Selat Sunda dan telah meletus sebanyak 576 kali dalam satu hari. Diprediksi, tidak akan ada peningkatan status dari Waspada menjadi Siaga.
"Sepertinya tidak ada peningkatan status karena Anak Krakatau jauh dari masyarakat," kata Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) Lampung, Andi Suandi, Minggu, 19 Agustus 2018.
Masyarakat pun perlu mengetahui tingkatan status gunung berapi di Indonesia. Nah, berikut ini beberapa tingkat status gunung berapi di Indonesia.
1. Aktif Normal
Status ini artinya pada gunung api yang diamati tidak ada perubahan aktivitas secara visual, seismik, dan kejadian vulkanik. Ini menunjukkan tidak ada letusan hingga kurun waktu tertentu.
2. Waspada
Status ini menunjukkan mulai meningkatnya aktivitas seismik dan mulai muncul kejadian vulkanik. Pada status ini juga mulai terlihat perubahan visual di sekitar kawah. Mulai terjadi gangguan magmatik, tektonik, atau hidrotermal, namun diperkirakan tak terjadi erupsi dalam jangka waktu tertentu.
3. Siaga
Pada status ini ada peningkatan seismik yang didukung dengan pemantauan vulkanik lainnya, serta terlihat jelas perubahan baik secara visual maupun perubahan aktivitas kawah.
Berdasarkan analisis data observasi, kondisi itu akan diikuti dengan letusan utama. Artinya, jika peningkatan kegiatan gunung api terus berlanjut, kemungkinan erupsi besar mungkin terjadi dalam kurun dua pekan.
4. Awas
Status terakhir ini adalah kondisi paling memungkinkan terjadinya erupsi. Status Awas merujuk letusan utama yang dilanjutkan dengan letusan awal, diikuti semburan abu dan uap. Setelah itu akan diikuti dengan erupsi besar.
Dalam kondisi ini, kemungkinan erupsi besar akan berlangsung dalam kurun 24 jam. Aktivitas gunung berapi yang ada di perairan Selat Sunda itu hari ini tidak terpantau dengan jelas lantaran tertutup kabut di puncaknya.
Warga masyarakat, wisatawan dan nelayan diimbau tidak berada di radius dua kilometer dari puncak kawah. "Aktifitas GAK masih fluktuatif dan ini memang kegiatan GAK kalau sedang aktif," ungkap Andi.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tinggi kolom abu mencapai 500 meter berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 42 milimeter dengan durasi 2 menit 33 detik. Sempat terdengar suara dentuman di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau.
Letusan itu disertai lontaran abu vulkanik, pasir, batu pijar, dan suara dentuman. Secara visual, pada malam hari teramati sinar api dan gugusan lava pijar.
Meski begitu, letusan tidak mengganggu aktivitas pelayaran dan penerbangan. Sebelumnya, letusan terbanyak terjadi pada 30 Juni 2018 dengan jumlah sebanyak 745 letusan.