Demi Masa Depan, Isu Perubahan Iklim Mesti Sepopuler Kebakaran Hutan

Seminar perubahan iklim
Sumber :
  • VIVA/Misrohatun Hasanah

VIVA – Pada akhir 2018, Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC merilis sebuah laporan soal perubahan iklim. Laporan ini mengandung sejumlah hal penting yang dapat memengaruhi kehidupan makhluk hidup di masa mendatang.

Pemanasan global mungkin akan mencapai 1,5 derajat celsius antara 2030-2052. Jika hal tersebut benar terjadi, akan berpengaruh ke keanekaragaman hayati dan ekosistem, ketahanan pangan, kesehatan, kebencanaan, infrastruktur, hingga pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan laporan tersebut, Thamrin School of Sustainability and Climate Change bekerja sama dengan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) memberikan beberapa rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan Indonesia untuk mengatasi hal ini.

Peneliti dari Indonesian Institute for Energy Economics (IIEE), Asclepias Rachmi Indriyanto mengatakan, saat ini, urgensi memang belum dirasakan. Namun, isu ini perlu didorong oleh berbagai pihak, terutama pemerintah agar lebih diperhatikan oleh semua golongan.

"Pada 2016, Indonesia telah berjanji untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Pemerintah berkomitmen untuk menguranginya hingga 29 persen dan 41 persen dengan dukungan internasional," ujarnya di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu 13 Februari 2019.

Salah satu rekomendasi yang diajukan ialah, menjadikan perubahan iklim sebagai persoalan pribadi sekaligus perkara publik. Karena, saat ini, peneliti menganggap perumusan dan pelaksanaan kebijakan negara terkait perubahan iklim belum cukup terlihat, belum sepopuler isu kebakaran hutan dan lahan.

"Isu perubahan iklim harus dibarengi dengan aksi nyata, bukan hanya data. Aksi harus dipastikan berjalan, perlu komitmen nyata dari setiap pihak dan sektor," ujar Rachmi. (asp)