Mengenal 'Pawang Hujan' Ala BPPT, Penyelamat Indonesia dari Banjir

Konsep pesawat FLARes
Sumber :
  • VIVA/Alika Noor Khalifah

VIVA – Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC, menjadi salah satu fokus Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Topik ini diangkat dalam acara tahunan Konferensi Teknologi Nasional (KTN) 2019 yang digelar di Auditorium BPPT, Jakarta, Rabu 20 Maret 2019. 

TMC ini dalam penerapannya bisa digunakan untuk penambahan dan pengurangan curah hujan. Tujuan teknologi ‘pawang hujan’ itu adalah sebagai langkah penanggulangan bencana alam, seperti banjir, kebakaran hutan, maupun pengisian waduk. 

"TMC untuk mendukung penanganan kebakaran hutan, di samping pengisian waduk PLTA," kata Kepala BPPT Hammam Riza. 

TMC dilakukan dengan meniru proses yang terjadi di dalam awan. Sejumlah partikel higroskopik dibawa oleh pesawat khusus menuju ke awan, agar proses pengumpulan butiran tetes air di dalam awan segera dimulai. 

Setelah itu, partikel tersebut dilepaskan, bisa ketika di bawah dasar awan, bisa juga dilepas langsung ke dalam awan. Dengan berlangsungnya pembesaran tetes secara lebih awal, maka hujan juga turun lebih cepat dari awan, dan proses yang terjadi lebih efektif.

"TMC sebenarnya cara kita untuk mengatasi banjir. Banjir itu kan karena curah hujan yang sangat ekstrem. Nah itu dilakukan cloudfeeding (penyemaian awan), sehingga tidak menyebabkan banjir pada daerah yang memang rawan terhadap bencana hidrometrologi," kata Hammam. 

Dalam KTN, BPPT memaparkan empat pilar yang menjadi fokus pembahasan sesuai isu aktual, yaitu penanggulangan bencana, transformasi layanan ke dalam bentuk digital, pembangunan moda transportasi, hingga program startup. (ren)