Mengenal Buoy Merah Putih, Teknologi Pengingat Tsunami Buatan BPPT

Alat deteksi tsunami atau buoy.
Sumber :
  • Twitter/@BPPT_RI

VIVA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi akan memasang alat deteksi tsunami atau Buoy Merah Putih di kawasan Gunung Anak Krakatau dengan Kapal Baruna Jaya pada Rabu hari ini, 10 April 2019.

Berdasarkan data yang diolah VIVA menyebutkan bahwa keberadaan buoy urgensinya sangat tinggi untuk melengkapi pemodelan yang digunakan sebelumnya.

Data dari buoy yang dipasang 5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau dan 100-200 kilometer dari pantai ini dapat mengirimkan informasi data terkini ketika ada gelombang tinggi di tengah laut yang diduga berpotensi menjadi tsunami muncul.

Artinya, dalam hitungan awam jika kecepatan gelombang tsunami antara 500-700 kilometer per jam, minimal ada waktu antara 10-15 menit untuk masyarakat melakukan evakuasi ke shelter terdekat.

Sinyal dari Buoy di tengah laut akan semakin intens dalam hitungan detik. Buoy akan mengirimkan sinyal ke pusat data early warning system secara real-time apabila diketahui terdapat gelombang yang lewat.

Semakin tinggi dan kencang gelombang, maka sinyal yang dikirim frekuensinya akan semakin rapat, dan bahkan bisa berkali-kali dalam hitungan detik. Hal ini menjadi sangat penting bagi masyarakat, khususnya bagi yang bermukim di wilayah rentan terhadap terpaan bencana, supaya waspada bencana.

Bukan hanya itu saja. BPPT juga direncanakan akan meluncurkan tiga buoy generasi ketiga tersebut. Selain kawasan Gunung Anak Krakatau, pesisir Barat Bengkulu serta Selatan Jawa Barat.

Selain buoy, BPPT akan memasang kabel bawah laut (cable base tsunameter/CBT) untuk mendeteksi tsunami yang sifatnya dekat, atau near field tsunami.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Hammam Riza, pernah bilang akan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan TNI/Polri untuk pengamanan pemasangan kedua peralatan teknologi tersebut.

Ia pun mengimbau masyarakat untuk menjaga buoy ketika sudah terpasang dan tidak melakukan vandalisme.

"Memang, di sekitar buoy akan penuh dengan ikan sehingga menarik para nelayan untuk memancing di sekitarnya. Kami ingin publik harus semakin aware terhadap pentingnya teknologi dalam membangun early warning system yang andal. Jagalah buoy, karena ini alat yang dibangun negara supaya kita tetap selamat,” ujarnya.

Hammam menambahkan jika revitalisasi satu unit buoy, termasuk pemasangan dan pemeliharaan, diperkirakan bisa menghabiskan anggaran sebesar Rp5 miliar.