Siklus Akuntansi, Ini Penjelasan dan Tahapan yang Harus Kamu Tahu

Ilustrasi akuntansi
Sumber :
  • www.pixabay.com/stevepb

VIVA Edukasi – Siklus Akuntansi dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan dalam sebuah perusahaan untuk melakukan identifikasi, analisis, dan merekam setiap kejadian selama perusahaan berjalan.

Umumnya, proses ini dijalankan dalam kurun waktu setahun. Kemudian pada akhir tahun, hasil prose stersebut dilaporkan pada perusahaan. Proses akumulasi ini terus berulang membuat sebuah sikus yang disebut dengan Siklus Akuntansi. Lantas, apa itu Siklus Akuntansi? Bagaimana tahapannya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini yang kami rangkum dari berbagai sumber.

Siklus Akuntansi

ilustrasi akuntansi

Photo :
  • pixabay

Siklus Akuntansi adalah proses untuk menghasilkan laporan keuangan, sekaligus menyiapkan pencatatan pada periode berikutnya dengan jurnal penutup. Proses ini dilakukan secara berulang untuk melakukan identifikasi, analisis, dan merekam setiap kegiatan akuntansi dalam sebuah perusahaan. Siklus Akuntansi ini terjadi dalam kurun waktu satu tahun yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. 

Dalam waktu tersebut, semua prinsip, kaidah, metode, hingga teknik-teknik dalam akuntansi digunakan untuk mencatat segala kegiatan akuntansi perusahaan. Umumnya, siklus ini dimulai pada awal tahun dengan pembukaan pembukuan dan ditutup dengan jurnal penutup. 

Proses ini dilakukan secara berkesinambungan dan berulang selama perusahaan masih aktif. Dengan adanya siklus akuntansi ini dapat membantu pemilik perusahaan dalam melakukan analisis terkait kondisi keuangan perusahaan yang dimilikinya.

Tahapan Siklus Akuntansi

Ilustrasi siklus akuntansi

Photo :
  • kemenkeu

Proses akuntansi juga memiliki berbagai tahapan yang wajib dilakukan secara berurutan. Tujuan dalam siklus ini yaitu untuk memberikan suatu informasi akuntansi yang tepat sehingga dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mencapai tujuan tersebut, berikut beberapa tahapan-tahapan dalam siklus Akuntansi:

1. Identifikasi Transaksi
Langkah awal dalam siklus akuntansi ini yaitu identifikasi transaksi. Kegiatan identifikasi ini harus dilakukan secara tepat oleh akuntan yang bisa dilakukan dengan cara melakukan pencatatan setiap transaksi yang berlangsung. 

Transaksi akuntansi yang dicatat merupakan setiap transaksi yang memiliki dampak secara langsung pada perubahan kondisi keuangan perusahaan dan dinilai secara objektif. Transaksi ini harus memiliki bukti-bukti transaksi agar bisa dilakukan identifikasi. 

Bukti transaksi ini bisa berupa kwitansi, faktur penjualan, penerimaan kas, dan bukti lainnya yang dianggap sah dalam dunia akuntansi. Maka dari itu, setiap transaksi akuntansi sebaiknya menggunakan bukti transaksi yang sah sehingga bisa dicatat dan diidentifikasi oleh akuntan, terutama transaksi yang berkaitan dengan perubahan kondisi keuangan perusahaan.

2. Analisis Transaksi
Setelah tahapan identifikasi, akuntan kemudian harus melakukan analisis terhadap transaksi tersebut tentang pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan. Sistem pencatatan akuntansi dalam perusahaan selalu menggunakan double-entry system. Setiap transaksi akuntansi yang terjadi akan memberikan pengaruh pada posisi keuangan di debet dan kredit dan harus dalam jumlah yang sama besarnya. 

3. Pencatatan Transaksi dalam Jurnal
Setelah melakukan analisis transaksi, tahapan selanjutnya yaitu dengan mencatat semua transaksi ke dalam sebuah jurnal keuangan. Dalam ilmu akuntansi, jurnal diartikan sebagai sebuah catatan kronologis selama satu periode tentang transaksi-transaksi yang terjadi. Proses memasukkan informasi ini disebut penjurnalan.

Dalam proses penjurnalan, setiap transaksi dibagi ke dalam dua bagian, yakni Debit dan Kredit. Pencatatan ini bisa dilakukan dalam sebuah Jurnal Umum. Pencatatan jurnal harus dilakukan dengan berurutan dan teliti, tanpa ada transaksi yang terlewatkan. Sehingga pada masa akhir akan diperoleh jumlah debet dan kredit yang sama besarnya.

4. Posting Buku Besar
Setelah di catat ke dalam sebuah jurnal, kemudian akuntansi akan memindahkan semua transaksi ke dalam buku besar. Secara umum, buku besar dapat diartikan sebagai kumpulan rekening pembukuan yang berisikan informasi aktiva tertentu yang dicatat dalam satu periode. Dalam sebuah perusahaan dipastikan memiliki berbagai daftar rekening buku besar.

Masing-masing rekening yang ada dalam buku besar tersebut diberi nomor-nomor kode tertentu. Tujuan ini agar memudahkan ketika proses identifikasi dalam jurnal tersebut. Selain itu, akuntan juga akan lebih mudah dalam melakukan pengecekan ulang atau melihat referensi terkait dengan transaksi yang terjadi jika sudah tercatat dalam buku besar.

5. Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian
Tahapan selanjutnya dalam siklus akuntansi yaitu menyusun neraca saldo dan jurnal penyesuaian. Neraca saldo ini berisi daftar saldo dari masing-masing rekening pada buku besar pada periode tertentu. Dalam menuliskan neraca saldo, saldo yang terdapat dalam buku besar disatukan dan jumlahnya harus sama.

Apabila dalam suatu kondisi ternyata terdapat transaksi yang belum tercatat atau ditemukan ada kesalahan dalam neraca saldo, maka akuntan wajib melakukan pencatatan dalam jurnal penyesuaian. Penyusunan Jurnal penyesuaian ini bersifat periodik dan prosesnya juga sama dengan penjurnalan pada umumnya. Setelah dicatat dalam Jurnal Penyesuaian, maka hasil laporan keuangannya menjadi aktual.

6. Penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan
Tahapan siklus akuntansi selanjutnya yaitu penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan. Neraca Saldo Penyesuaian dibuat berdasarkan pada buku Neraca Saldo yang sudah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan Jurnal Penyesuaian. 

Saldo-saldo tersebut terbagi ke dalam kelompok aktiva dan pasiva sesuai dengan statusnya. Kemudian disusun hingga jumlah saldo keduanya sama besar. Yang harus diperhatikan dalam penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian ini yaitu jumlah saldo pada Aktiva maupun Pasiva harus berjumlah sama besar. 

Jika tidak, maka terjadi kesalahan dalam perhitungan dan tidak bisa dibuat Laporan Keuangannya. Laporan Keuangan ini dibuat setelah jumlah saldo Aktiva dan Pasiva pada buku Neraca Saldo berjumlah sama besar. 
Dalam Laporan Keuangan disusun beberapa laporan seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan neraca yang menghitung likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas. Kemudian, akuntan masuk ke dalam tahapan terakhir yakni pembuatan Jurnal Penutup.

7. Menyusun Jurnal Penutup
Tahapan terakhir dalam siklus akuntansi yaitu penyusunan Jurnal penutup oleh seorang akuntan. Jurnal Penutup ini disusun pada akhir periode akuntansi dengan cara menutup rekening nominal atau rekening laba rugi. Cara untuk menutup kedua rekening tersebut bisa dengan membuat nihil nilai rekening tersebut.

Tujuan melakukan penutupan rekening ini yaitu untuk melihat aliran pada sumber selama periode akuntansi tersebut berjalan. Setelah rekening tersebut ditutup, Jurnal Penutup ini bisa digunakan untuk mengukur setiap kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode tersebut. Pada periode selanjutnya, Jurnal Penutup bisa membantu untuk memulai kembali dalam siklus akuntansi selanjutnya.

8. Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik
Tahapan pada siklus akuntansi dalam satu periode sebelumnya sudah bisa diakhiri dengan pembuatan jurnal penutup. Namun, proses penyusunan Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik ini bersifat opsional, bisa dilakukan atau tidak.

Neraca Saldo pada tahap ini berisi saldo rekening permanen dari rekening buku besar setelah Jurnal Penutup. Sedangkan Jurnal Pembalik dibuat agar proses pencatatan beberapa transaksi tertentu, terutama yang selalu berulang, bisa lebih sederhana.